Ojek Online, Fera dan Kekhawatiran yang Hilang

Namanya Fera, ia anak tunggal dari bapak Sam’an dan ibu Rohyati. Keduanya orang tuanya bekerja sebagai penjahit di Kota Depok. Rumahnya sekitar empat kilometer dari salah satu stasiun kereta.

Sejak SMA, karena jarak antara rumah dan sekolah yang begitu jauh, serta kesibukan orang tuanya, setiap hari Fera pun terpaksa harus naik ojek, sesekali naik angkot.

Kebiasaan Fera naik ojek berlanjut ketika ia harus kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Bukan karena orang tuanya tak mampu membelikannya sepeda motor, tetapi Fera adalah perempuan yang sampai hari ini tak bisa mengendarainya. Setiap hari ia harus pulang-pergi, karena tak diijinkan orang tuanya untuk ngekos. Fera, sebagai anak memahami betul mengapa orang tuanya tak mengijinkannya, alasannya tentu saja karena selain perempuan, ia adalah anak satu-satunya.

Selama menggunakan jasa ojek, ada banyak cerita yang dia kenang, baik positif maupun negatif. Tetapi pengalaman yang negatif jauh lebih banyak ia dapatkan. Misalnya, para ojek pangkalan seringkali tak segan menggodanya, yang membuatnya terkadang sangat jengkel. Kemudian, tarif ongkos yang tak jelas juga terkadang membuat kerutinan menabungnya terhambat. Meski demikian, karena ketidakmampuannya mengendarai sepeda motor sendiri, pada akhirnya ia terus naik ojek sambil berharap keamanan selalu mengiringinya.

Satu kejadian yang paling diingat Fera yaitu ketika hendak naik ojek pangkalan, ia melihat para driver sedang mabok. Saat itu pula Fera langsung berfikir, alangkah beresikonya naik ojek yang mana driver-nya baru saja mabok. Bukankah kita sering melihat kejadian mengerikan, naik kendaraan sedangkan sang driver dalam keadaan mabok?

Awal 2015, kekhawatiran Fera saat naik kendaraan mulai hilang. Ojek online adalah penyebabnya. Ia bukan hanya menyediakan tarif yang sangat murah, tetapi kenyamanan dan keamanan  dirinya pun merasa terjamin. Itulah mengapa sejak adanya ojek online, sebelum dan setelah naik kereta, Fera sudah pasti naik ojek online. Bahkan hingga saat ini, ketika dirinya harus sibuk bekerja disalah satu perusahaan di Jakarta, ia tak takut katika harus pulang malam. Karena selalu ada ojek online yang siap menemaninya.

Pengalaman pahit ketika naik ojek pangkalan, tentu tidak hanya dialami Fera. Bahkan banyak cerita yang lebih pahit daripada yang dirasakan Fera. Maka, berterima kasihlah kepada layanan ojek online yang siap memberikan kenyamanan kepada seluruh penumpang. Saya sendiri, yang saat ini bekerja sebagai wartawan merasakan betul betapa beruntungnya hidup di era ojek online hadir. Ketika sepeda motor pribadi bermasalah, ada ojek online yang siap menolong kegiatan liputan dilapangan.

Loading...