Polemik Transportasi Online, Begini Tanggapan Pengamat Transportasi ITB

Keberadaan transportasi berbasis aplikasi atau taksi online saat ini masih menjadi polemik di tengah masyarakat. Ada yang mendukung keberadaannya ada juga yang menentang karena dianggap menjadi ‘benalu’.

Baca: Pengemudi Angkutan Online di Bandung Terpaksa Berhenti Beroperasi Selama 4 Hari

Menurut Pengamat transportasi ITB Ofyar Tamin di tengah kemajuan teknologi seperti sekarang ini keberadaan taksi online tidak bisa dihindari. Selain itu, kata Ofyar, taksi online juga mendapat tempat di hati masyarakat sebagai pengguna jasa transportasi tersebut.

Hal itu tentu bukan tanpa alasan. Menurutnya taksi online relatif dianggap lebih baik dibandingkan dengan angkutan umum konvensional. Baik dari sisi pelayanan, kenyamanan dan juga kepastian harga yang selama ini kurang dirasakan masyarakat pada angkutan umum konvensional.

Baca Juga :  Soal Moratorium Taksi Online, Kemenhub Minta Kominfo untuk Mengawasi

Baca: Pengamat Transportasi Mempertanyakan Larangan Transportasi Online Masuk Bandara

“Orang (pasti) mau bayar kalau pelayanannya baik. Apalagi sekarang pelayanan baik dan lebih murah,” kata Ofyar saat dihubungi, Selasa (10/10/2017).

Baca: Layanan Ojek Online Mudahkan Masyarakat Beraktivitas

Di sisi lain, pelaku usaha angkutan umum konvensional merasa keberadaan taksi online menjadi ancaman. Mulai dari ancaman dari sisi ekonomi juga tidak ada aturan yang mengatur keberadaan angkutan umum berbasis aplikasi tersebut.

Ofyar melihat perlu peran pemerintah yang tegas untuk menyelesaikan polemik taksi online ini. Pemerintah harus mampu mengakomodir semua kebutuhan pelaku usaha yang menjunjung tinggi rasa keadilan. Contohnya saja dalam penerapan pajak. Bila angkutan konvensional dikenai pajak taksi online juga dikenakan.

Baca Juga :  GrabFood Menyalurkan Makanan untuk Tenaga Kesehatan Tangani Corona di Jakarta

“Di sini pemerintah harusnya mengambil peran. Pemerintah (pusat sampai daerah) harus tegas (dalam penerapan aturan). Buat regulasi yang mengatur sehingga semua mendapat keuntungan. Kuncinya fairness (keadilan),” ujar Ofyar.

Baca: Jokowi Sebut Transportasi Online sebagai Industri Kreatif, Regulasi Jangan Buat Tarif Jadi Mahal

Tidak hanya itu, tambah Ofyar, perlu juga perbaikan layanan yang dilakukan angkutan umum konvensional. Sehingga angkutan umum konvensional bisa bersaing dan tetap mendapat tempat masyarakat. Atau bisa juga angkutan konvensional bergabung atau berkolaborasi dengan penyedia jasa angkutan online untuk meningkatkan pelayanan.

“Karena yang menentukan adalah kita pelanggan. Coba apa kelebihan transportasi biasa? Mahal ketepatan waktu tidak jelas. Siapa yang mau?. (Kalau mau bersaing) kamu layani dengan baik dengan biaya murah pindah orang langsung. Kalau transportasi biasa marah-marah nanti malah makin ditinggalin orang,” kata Ofyar.

Baca Juga :  Audiensi dengan Kominfo Jateng, Sopir Ojek Pangkalan Tuntut Pelarangan Ojek Online

Ofyar menambahkan, daerah lain harusnya mencontoh keberhasilan Kota Cirebon dalam meredam polemik taksi online yang sekarang terjadi. Menurutnya Pemerintah Kota Cirebon mampu menunjukan peran negara di tengah situasi panas yang terjadi.

“Kota Cirebon bisa menjadi contoh. Karena arifnya pemerintah untuk menghandle itu. Jadi intinya itu fairness (keadilan),” ucap Ofyar.

(detik/tow)

Loading...