Driver Ojek Online Perempuan di Banjarmasin Masih Dianggap Sebelah Mata oleh Penumpang Pria

Wanita berkerudung itu menunggangi Honda Vario ketika ditemui banjarhits.id, Sabtu (9/2/2019). Jaketnya kombinasi kelir hijau-hitam, pertanda bahwa ia seorang ojek online. Sosok wanita ini bernama Rahmi (28), yang sudah dua tahun melakoni ojek online Go-Jek di Kota Banjarmasin.

Ibu dari satu anak ini rutin menggeber kuda besinya saban hari demi keluarganya. Rahmi sering nongkrong di kawasan warung makan seraya menunggu orderan datang.

Semula, ia minder ketika baru menjajal ojek online pada Maret 2017. Maklum, profesi ojek lekat dengan kaum adam. Toh, Rahmi membuang jauh rasa minder ini.

Ia membiasakan diri bergaul dengan sesama ojol di sela menunggu orderan online. Bonus harian yang ia terima senilai Rp 80 ribu asalkan mencapai target yang dibebankan.

“Awalnya saya malu, namun kalau saya mementingkan malu mau makan apa nanti anak saya. Nah, saya harus bekerja keras, kadang sampai 16 jam saya habiskan hidup saya dijalanan sejak pagi sampai tengah malam. Anak saya, yang merawat orang tua saya,” ucap Rahmi kepada banjarhits.id di kawasan Belitung, Kecamatan Banjarmasin Barat, Sabtu (9/2).

Baca Juga :  Aspirasi Tak Didengar, Ratusan Driver Segel Kantor Grab di Surabaya

Ia sering canggung ketika menerima orderan penumpang pria. Menurut dia, sebagian penumpang pria sering membatalkan orderan karena si ojol seorang wanita.

“Karena tidak mau dibawa oleh wanita,” terang Rahmi. Kalaupun membawa penumpang pria, Rahmi justru pernah berganti peran. Ia dibonceng penumpang pria atas permintaan si penumpang. Perasaan cemas kerap menerpa Rahmi jika melayani penumpang pria.

“Namun pikir saya singkat, ini kan rezeki, engak boleh ditolak, ya sudah saya terima dan kadang sambil berdo’a dengan Tuhan agar dijagaNya saat mencari nafkah untuk keluarga kecil saya,” ungkapnya.

Rahmi lebih suka melayani orderan kurir makanan karena lebih aman tanpa penumpang, dan poin yang didapat dari satu orderan dua kali lipat ketimbang poin orderan penumpang. Alhasil, ia pun sering mangkal di depot yang jadi langganan pengorder.

Baca Juga :  Banyak Daerah Larang Taksi Online, FKPO Ajukan Uji Materi UU LLAJ ke MK

“Saya sering berhenti dan bersantai di titik depot makanan yang termasuk kategori laris di Banjarmasin agar bisa mendapat orderan makanan yang poinnya lebih gede,” ujar Rahmi.

Ia pun sering salah paham dengan pengojek pangkalan alias ojek konvensional ketika membawa penumpang. Rahmi mesti menolak orderan apabila calon penumpang di dekat ojek pangkalan. Kalaupun ingin ambil, ia bersiasat meminta si penumpang menjauhi ojek pangkalan.

Ojol wanita lainnya seorang mahasiswi Universitas Islam Kalimantan semester 6, Lita (21). Lita khawatir membawa penumpang lantaran beresiko. Ia lebih memilih orderan membelikan makanan atau mengirim barang tanpa mengerjakan orderan membawa penumpang.

“Saya ini kan mas seorang mahasiswi. Saya menghindari kejahatan, terlebih motor yang digunakan ini bukan milik saya melainkan pemberian dari orang tua. Jadi saya hanya mengerjakan orderan makanan dan barang saja mas, tidak mau mengerjakan membawa penumpang saya tolak terus,” kata Lita.

Baca Juga :  Biadab! Viral Video Opang Nyemplungin Motor Ojek Online ke Kali

Lita ingin mencari pengalaman kerja melalui ojol, bukan kekurangan duit pemberian orang tua.

“Saya ingin mencari pengalaman bagaimana kerasnya orang berjuang untuk mencari sesuap nasi, tapi tidak mau yang terlalu beresiko juga seperti membawa penumpang tadi,” pungkasnya.

(kumparan/tow)

Loading...