Startup Taksi Online Kesulitan Cari Suntikan Dana Investor?

Ilustrasi - Taksi online. dok/shutterstock KOMUNIKA ONLINE

Para investor kakap dikabarkan menarik diri dari dari pendanaan kepada startup yang menawarkan bisnis layanan on-demand. Penyebabnya, terlalu banyak tekanan dari para pekerja dan pembuat kebijakan yang kian kritis dengan modal bisnis seperti itu.

Menurut laporan terbaru dari analis di Goldman Sachs, yang dilansir FT.com, Senin (9/12/2019) pendanaan untuk startup yang menyediakan layanan on-demand di seluruh dunia jatuh 22 persen menjadi US$ 16,3 miliar dalam 12 bulan yang berakhir September.

Dari laporan tersebut, penurunan sebagian besar dari model bisnis seperti ride-hailing atau taksi online, pengiriman makanan (food delivery), dan layanan lain yang menawarkan kenyamanan internet.

Keadaan itu diperburuk karena para politisi sedang mengatur kebijakan terkait pegawai kontrak dan investor publik menjadi skeptis terhadap bisnis konsumen yang merugi karena bakar uang.

Baca Juga :  Demo Protes Aturan Baru, HPHSI: Pemerintah Harus Jadi Pengayom

Contohnya, perusahaan taksi online seperti Uber dan Lyft, sedang menghadapi tekanan tersebut, harga saham sudah turun sepertiga dari harga penawaran umum perdana (IPO) karena investor melepas sahamnya dampak mulai meragukan bisnis perusahaan.

Pada bulan September, legislator California menyetujui rancangan undang-undang yang menantang perusahaan ride-hailing dan lainnya untuk mengklasifikasikan pekerja mereka sebagai kontraktor independen, sehingga menghindari membayar upah yang lebih tinggi dan manfaat tertentu.

Para investor kakap mengatakan perusahaan yang menawarkan layanan on-demand mungkin harus menaikkan harga dan memotong biaya saat dana mengering. Padahal, sektor ini sebelumnya telah mengumpulkan US$ 87 miliar investasi dari swasta dari 2014 hingga 2018, menurut Goldman.

Baca Juga :  Parkir Sembarangan, Dishub Kota Makassar Gembok Taksi Online

“Arus masuk modal yang besar pada tahun-tahun ini mengarah pada intensitas persaingan yang lebih besar, terutama karena sejumlah bisnis ini menjalani periode diskon atau promosi untuk mendorong pertumbuhan,” tulis analis Goldman.

Masalah yang menghampiri perusahaan on-demand ini dapat menyebabkan kesulitan bagi investor yang telah menyiapkan dana untuk masuk pada sektor ini, “Semua orang kini sedang meninjau kembali dengan sudut pandang yang berbeda,” kata Jordan Nof, kepala investasi di Tusk Venture Partners.

(CNBC Indonesia)

Loading...