Pengemudi Grab Car Minta Gubernur Edy Rahmayadi Tutup PT Teknologi Pengangkutan Indonesia (TPI)

Ratusan pengemudi tranportasi online, Grab Car, berunjukrasa di depan Kantor Gubernur, Jalan Pangeran Diponegoro, Kota Medan.

Mereka meminta Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mendengarkan aspirasi mereka, Senin (11/2/2019).

Salah satu tuntutan yang ratusan pengemudi online ini, meminta kepada Edy Rahmayadi segera melakukan penutupan kepada PT Teknologi Pengangkutan Indonesia (TPI) selama ini memberatkan para Garb Car tersebut.

“Kami minta kepada Edy Rahmayadi selaku Gubernur Sumut untuk segera menutup PT TPI,” ucap Koordinator aksi Rahmat Cristian.

Rahmat Cristian mengatakan, bahwa selama ini PT Grab telah melakukan kerjasama antar PT TPI, prihal ini sangat merugikan para driver tersebut. Lantaran, kerjasama tersebut dilakukan secara tidak transparan, hanya menguntungkan pihak PT Grab, tetapi membebankan pada Driver.

“Alasanya PT Grab telah melakukan monopoli usaha dan persaingan usaha secara tidak sehat, dan melanggar UU nomor 5 tahun 1999,” katanya.

Ratusan mobil pengemudi online blokade jalan depan Kantor Gubernur.
Ratusan mobil pengemudi online blokade jalan depan Kantor Gubernur. (Tribun Medan / M Andimaz Kahfi)

Kemudian, Rahmat juga menyampaikan, dengan dilakukannya kerjasama tersebut, banyak para driver Grab Car tidak lagi rutin mendapatkan orderan dari pemesan jasa angkutan itu.

Pasalnya, dirinya mengkalim bahwa PT Grab telah memberikan olderan (pemesan) kepada PT TPI.

“Mendeskriditkan mitra-mitra individu yang dulunya telah berjuang dan susah payahnya di jalan. Kemudian kami kuga melakukan promosi-promosi terhadap transportasi online, justru kami yang tidak mendapatkan orderan,” katanya.

Terpisah, seorang Driver bernama Ozi yang ikut turun langsung bersama rekan-rekannya mengatakan, bahwa selama ini setelah dilakukanya kerjasama antar PT TPI dan PT Grab, dirinya sulit mendapatkan pesanan antar jemput penumpang itu.

“Kerjasama mereka membebankan kami bang, lihat lah banyak kami mengeluh mengenai olderan, sepi selalu. Kalau begini terus bisa makan apa keluarga kami,” katanya.

Ozi tidak mengetahui secara pasti kapan kerjasama ini dilakukan dan disosialisasikan kepada para driver Grab Car.

“Kami gak tahu kapan ini berlangsung bang, yang jelas tiba-tiba sudah ada kerjasama antar mereka,” ucapnya

Ia meminta kepada pemerintah berlaku adil, dan melihat kondisi dari para driver yang selama ini sudah merasa kesulitan mendapatkan olderan.

“Kita minta Edy Rahmayadi untuk bertindak dalam prihal ini, karena ini menyangkut kepentingan masyarakat banyak,” katanya.

Seorang yang ikut berunjuk rasa, Yusuf Harahap mengatakan bahwa TPI ini seperti leasing salah satu perusahaan jasa ojol, dengan menggunakan sistem pembayaran memotong penghasilan para pengemudi yang ikut di dalam TPI.

“TPI di Medan sudah berjalan sekitar 2 tahun terakhir. TPI ini terlampau diprioritaskan, makanya kita meminta agar TPI ditutup atas perbuatan dzolimnya,” kata Yusuf, Senin (11/2/2019).

Dalam klausul perjanjian, para pengemudi yang ingin bergabung di salah satu perusahaan jasa pengangkutan online itu, diharuskan membayar jaminan mulai dari Rp 1,5-5 juta.

Dan mendapatkan Mobil Daihatsu Sigra dan Toyota Calya.

“TPI ini awalnya diprioritaskan. Dia perusahaan yang numpang di Grab. Order pengemudi TPI sehari bisa dapat 17 order. Tapi setelah setahun di suspend, padahal selama ini saya bermain jujur,” teriak salah seorang pengunjuk rasa di atas mobil komando. 

 Yusuf menjelaskan bahwa ikut unjuk rasa karena sedih melihat teman-teman sesama pengemudi online yang seolah didzolimi oleh Grab.

“Saya waktu itu baru sebulan masuk Grab dan langsung kena suspend. Padahal saya bermain jujur tidak ada pakai order fiktif,” bebernya. 

“Saya heran, modelnya insentif penggal-penggal, sering kena opik. Sehingga performa jatuh ternyata di laporan perusahaan entah apa saja yang masuk. Terakhir kena suspend tanpa sempat melakukan pembelaan,” jelas Yusuf.

(tribun/tow)

Loading...