Go-Jek Bekali Mitranya Ilmu Kelola Keuangan, Bijak Atur Uang Untuk Masa Depan

Dalam rangka mendukung program pemerintah berupa peningkatan literasi keungan, khususnya bijak dalam mengatur keuangan. Meskipun mengatur keuangan pribadi terkesan dianggap sepele, namun hal tersebut tidak mudah dan bahkan ada yang berpendapat bahwa mencari uang lebih mudah daripada mengelolanya.

Maka menyadari pentingnya memahami ilmu pengelolaan keuangan, terutama bagi sektor informal di mana pencatatan keuangan seringkali luput dari kebiasaan. Go-Jek menggelar pelatihan keuangan terhadap para mitra drivernya.

Bekerja sama dengan konsultan keuangan independen, Jouska Indonesia, Go-Jek mengadakan Bengkel Belajar Mitra yang kali ini bertema pelatihan pengaturan keuangan. VP Transport Marketing Go-Jek, Monita Moerdani dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin mengatakan, Go-Jek selalu berupaya untuk memberikan pengetahuan baru yang dapat menambah kemampuan mitranya. Pengetahuan tersebut dikemas dalam pelatihan yang disebut Bengkel Belajar Mitra.

“Kita mengajak semua mitra Go-Jek untuk menggali ilmu baru dan mengundang pakar agar pengetahuan tersebut dapat diterima oleh mitra. Bulan lalu kita juga mengundang pakar soal kewirausahaan kuliner, yakni pemilik martabak Orins. Kami ingin semua mitra mendapatkan ilmu baru yang mampu meningkatkan kesejahteraannya,” tutur Monita.

Baca Juga :  Berdasarkan Draft Pergub Sumsel, Jumlah Taksi Online hanya 1.700 Unit

Dalam pembekalan manajemen keuangan ini, materi disampaikan oleh Co-Founder and Vice CEO Jouska Indonesia, Farah Dini Novita. Menurut Farah, dalam mengelola keuangan para mitra driver harus mengetahui kebutuhan pokok atau primer, kebutuhan sekunder, hingga perlunya memiliki asuransi jiwa dan kesehatan.

Dia pun menekankan. pentingnya pencatatan dalam mengelola keuangan. Diajarkan juga kepada para mitra untuk menabung dan memiliki dana cadangan yang harus dipisahkan dengan uang sehari-hari.

”Kita harus tahu kebutuhan pokok kita berapa. Makanya pencatatan itu penting. Kadang banyaknya (penghasilan) kita itu hanya di pikiran kita, padahal banyak yang bocor-bocor,” ujarnya.

Sementara Head of Communication Transport Marketing Go-Jek, Pingkan Irwin mengatakan, program Bengkel Belajar Mitra ini nantinya akan diperluas ke kota-kota lainnya di Indonesia. Selain itu pemilihan topik pun akan berganti-ganti sesuai dengan ketertarikan para mitra.

Baca Juga :  Dua Pelajar SMK Pembunuh Driver Taksi Online Dibekuk Polisi

“Mudah-mudahan kita harapkan menjadi inspirasi untuk para mitra driver GO-JEK. Ke depannya kita juga akan ada acara serupa tapi dengan pembicara yang berbeda-beda,”jelasnya.

Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hanya 12,6% masyarakat Indonesia yang telah melakukan perencanaan keuangan. Sementara berdasarkan data IPSOS 2017, sebanyak 86% orang tua di Indonesia rela mengorbankan tabungan pensiun demi memenuhi kebutuhan pendisikan anaknya.

Kemudian, lebih dari 70% orang tua di Indonesia masih mengandalkan pendapatan bulanan untuk biaya pendidikan anak dan seperempatnya mengaku tidak memiliki refensi tentang besarnya dana pendidikan yang harus dianggarkan.

Hal itu dinilai membuktikan bahwa kesadaran perencanaan keuangan masyarakat Indonesia masih minim. Menurut Deputi Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Sardjito, selain tingkat literasi keuangan yang minim, pendapatan masyarakat yang masih rendah juga menjadi faktor minimnya kesadaran perencanaan keuangan.

Baca Juga :  Pengemudi Ojek Online dapat Bantuan dari PT Darya Varia

Padahal, perencanaan keuangan untuk masa depan sangat penting. Dengan adanya perencanaan, masyarakat bisa memperhitungkan kebutuhan keuangannya di masa mendatang sejak dini.

Dengan demikian, masyarakat bisa menghindari risiko pembengkakan pengeluaran yang tidak diiringi dengan peningkatan pendapatan.

”Hal yang terbaik adalah orang Indonesia memiliki perencanaan pengahasilannya untuk apa saja sehingga tidak terjadi masalah di rumah tangganya dan juga bisa merencanakan untuk anak-anaknya, perkembangan pendidikan dan sebagainya,” jelasnya.

Meningkatkan literasi keuangan dan mendorong perencanaan keuangan, tidak bisa dilakukan dengan sosialisasi dan edukasi saja secara sendiri oleh OJK, tetapi juga peran pelaku industri dan masyarakat perlu terlibat dalam upaya tersebut.

(neraca.co.id/tow)

Loading...