Cerita Tetangga Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga Sopir Taksi Online di Dusun Slemben

Lokasi penemuan 4 mayat sekeluarga di Sukoharjo. ©2020 Merdeka.com

Kasus pembunuhan satu keluarga di Dusun Slemben, Desa Duwet, Kecamatan Baki tak hanya membuat shock keluarga korban dan warga sekitar yang menemukan empat mayat tersebut. Pembunuhan keji itu juga mengagetkan warga Dusun Prampelan, Desa Waru, Kecamatan Baki. Mereka tak menyangka jika salah satu warga di sana, yakni HT, 41, menjadi pelaku pembunuhan keji itu.

Tidak sulit menemukan rumah tersangka HT di Dusun Prampelan, Desa Waru. Hanya saja, baik ketua RT setempat dan warga sekitar rumah bungkam saat diminta informasi keseharian pelaku.

Namun, salah satu tetangga pelaku yang tinggal di dusun sebelah menyebut bahwa orang tua pelaku merupakan keluarga terpandang dan disegani. Bapak dan ibu pelaku merupakan pensiunan kepala sekolah. Pelaku beristrikan teman seangkatan saat SMP. HT memiliki seorang anak perempuan yang baru lulus SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Baca Juga :  Hadapi Demonstrasi Angkutan Online, Polda Metro Jaya Siapkan Mediasi

“Saya berikan informasi itu, tapi jangan ditulis nama saya,” kata pria 40 tahun, tetangga yang juga adik kelas pelaku saat SMP.

Narasumber lain yang menyebut dirinya Hamba Allah (bukan nama sebenarnya), 41, mengaku shock atas ditangkapnya HT. Dia merupakan tetangga sekaligus teman pelaku semasa SD sampai dengan SMP. Dia mengenal dekat HT, yang menurutnya adalah orang yang sangat baik. Sehingga tak menyangka jika tega melakukan tindakan keji itu.

“Orangnya baik, sejak kecil sampai sekarang baik. Seperti lumrahnya warga lain, saling menyapa. Makanya warga sini juga kaget, percaya nggak percaya kalau HT itu pelakunya,” kata Hamba Allah, seperti dilansir dari Jawa Pos.

Baca Juga :  Miris, Tersangka Merampok Taksi Online untuk Modal Nikah

Hamba Allah juga menyebut bahwa dalam kesehariannya, pelaku jarang terlihat mabuk-mabukan atau berkelahi. Kata dia, pelaku tidak mempunyai catatan hitam di kampung. Dikenal sebagai keluarga yang baik, bapak dan ibunya pensiunan kepala sekolah. Hanya saja, sejak bekerja sebagai ojek online (taksi online), HT sudah jarang bergaul dengan warga kampung setempat.

“Saya tidak tahu kalau di luar dia ngapain saja. Kalau di kampung ya lumrah seperti warga lainnya,” ujar dia.

Menurut Hamba Allah, pelaku dan korban Suranto merupakan teman sejak sekolah SMA Pariwisata. Hingga sebelum kejadian sadis itu, masih berteman dan akrab.

“HT dulu pernah kerja nyopir rental mobil di tempatnya korban atau kakaknya korban gitu, saya tidak begitu paham. Paling yang mencarikan kerjaan ya korban,” katanya.

Baca Juga :  Persaingan Ketat, Uber Diprediksi Angkat Kaki dari Asia Tenggara

Terpisah, Daniel Tri, warga Makamhaji yang juga kawan pelaku saat bekerja sebagai freelance telepon genggam mengaku, sebelum bekerja sebagai sopir, pelaku sempat bekerja freelance jualan HP. Pelaku merupakan tipe orang baik, loyal, dan setia kawan.

“Saya dulu punya konter HP di Mayang, tidak jauh dari rumah HT. Dia hampir setiap hari di konter saya. Saya sering ditraktir. Aku ya kaget, kok bisa ya senekat itu,” kata Daniel.

Selama mengenal HT, Daniel mengaku belum pernah melihat dia melakukan hal-hal negatif dan merugikan orang lain. Maka, Daniel juga kaget saat mendengar kabar HT melakukan hal keji.

“Kalau setahun dua tahun terakhir saya sudah tidak tahu lagi aktivitasnya,” katanya.

(TOW)

Loading...