Tolak Ojek Daring, Sopir Angkot Lampung Kembali Mogok

Untuk yang kesekiankalinya, para sopir angkutan kota (Angkot) berbagai trayek di Kota Bandar Lampung menggelar aksi mogok massal, menentang keberadaan ojek daring, Kamis (2/11). Ratusan personil Polresta Bandar Lampung mengawal aksi hingga selesai.

Mogok beroperasinya para sopir angkot menyebabkan banyak warga kesulitan untuk beraktivitas pada pagi dan petang hari. Aparat menyiapkan mobil bis dan truk serta mobil patroli untuk mengangkut calon penumpang yang telah menunggu di pinggir jalan.

“Saya sudah lama menunggu angkot, tapi tak juga lewat, tutur Wati, seorang pegawai negeri yang ingin pulang kerja, Kamis (2/11) petang.

Ia biasa pergi dan pulang kerja naik angkot ke Rajabasa dari Telukbetung. Untuk naik ojek daring, ia mengaku belum paham mengoperasikan aplikasi di telepon pintarnya. Ia terpaksa naik ojek pangkalan walaupun tarif yang dipintanya lebih tinggi dari naik angkot.

Aksi mogok massal sopir angkot didominasi anggota Perhimpunan Pemilik dan Pengemudi Angkot Bandar Lampung (P3ABL). Terlihat juga banyak tukang ojek pangkalan yang ikut aksi dipusatkan di Bundara Tugu Adipura, pusat kota. Mereka menolak keberadaan ojek daring karena tidak memiliki izin operasional di kotanya.

“Kami mogok massal mempertanyakan izin operasional Gojek, tidak ada,” kata Daud Rusdi, ketua P3ABL.

Baca:

Ia menentang kalau izin operasional tidak ada lantas sopir ojek daring masih beroperasi semaunya. Selain itu, pengelola Gojek juga masih merekrut calon mitranya setiap hari.

Saat aksi, tak terlihat para mitra ojek daring yang melintas di sekitaran pengunjuk rasa. Informasi yang diperoleh, pesan siaran untuk waspada dan tidak mengenakan atribut perusahaan menyebar di telepon seluler para mitra Gojek. Para sopir Gojek tidak mengenakan atribut seperti biasanya yakni jaket dan helm.

“Kami lebih baik pakai pakaian biasa, daripada ribut di jalan sama-sama rugi,” tutur Iwan, sopir ojek daring Gojek.

Ia mengatakan sesama sopir di jalan raya hendaknya saling pengertian, karena semua mencari rezeki di jalan untuk keluarga. Ia tidak ingin kejadian sebelum-sebelumnya terjadi antara kedua belah pihak sehingga menimbulkan korban nyawa atau luka, termasuk kerusakan kendaraan.

“Lebih baik saling hormat menghormati sesama pencari rezeki di jalan,” kata dia.

(republika/tow)

Loading...