Pendapatan Menurun, Penarik Becak dan Sopir Angkot di Kudus Salahkan Ojek Online

Tidak hanya penarik becak yang mengeluhkan adanya ojek online di Kabupaten Kudus, supir angkut juga mengeluhkan hal yang sama. Bahkan, terkadang mereka masih rugi karena harus menutup uang setoran ke perusahaan.

Salah satu anggota Paguyuban Angkot Kudus-Colo, Miftahul Huda mengatakan, sejak adanya ojek online, pelanggan angkutan makin sepi. Ketika ngompreng, hanya sedikit yang naik angkot. Rata-rata, warga saat ini sudah mulai menggunakan ojek online.

Disamping itu, pendapatan hariannya juga menurun derastis. Dalam waktu sehari, uang yang bisa di dapatkan hanya Rp. 100 ribu. Itupun masih dipotong untuk setoran ke perusahaan sebanyak Rp. 70 ribu.

“Pendapatan bersih hanya Rp. 30 ribu perhari. Kadang malah rugi karena harus nomboki uang setoran,” ujarnya saat mangkal, Jumat (13/4/2018).

Baca Juga :  Parah! Cancel Orderan, Siswa ini Dikatain "Goblog" oleh Driver Grab

Dari pantauan media, di sepanjang jalan raya Kudus-Colo, tepatnya di delan Kantor Satpol PP Kudus, puluhan angkutan umum nampak mangkal lantaran sepi penumpang. Sebagian dari mereka ada yang menunggu jam sekolah pulang untuk mendapatkan tambahan penghasilan.

Sebagian yang lain ada yang masih ngompreng, berusaha mencari penumpang di pinggir-pinggir jalan. Hanya, usaha itu terkadang sia-sia saja. Pasalnya, saat ini sudah jarang sekali orang yang menunggu angkot di pinggir jalan.

Selain itu, mereka juga menunggu para pekerja perusahaan rokok pulang. Sebab, itu bisa menambah pebghasilan mereka, meskipu nominalnya sedikit.

“Kalau anak sekolah dan pekerja pabrik rokok itu kan sedikit tarifnya, cuma Rp. 2000. Tapi kalau penumpang umum kan nyampe Rp. 5000. Tapi lumayan lah untuk tambahan setoran,” jelasnya sambil tersenyum ringan.

Baca Juga :  Ojol Khawatir Rawan Kecelakaan jika LPJU di Purwokerto Dimatikan Saat Jam Malam

Dalam posisi yang seperti ini, tidak sedikit pula supir yang beralih pekerjaan lantaran uang yang diperoleh tudak seberapa. Selain mempunyai tanggungan keluarga, mereka juga harus bayar setoran wajib.

“Kalau memang sudah tidak ada pekerjaan lain, terpaksa saya narik angkot. Kalau idealnya, perhari itu pendapatan bersih harus Rp. 70 ribu. Kalau hanya Rp. 30 ribu, untuk beli bumbu dapur saja masih kurang,” keluhnya.

(murianews/tow)

Loading...