Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas menilai penyekatan jalan di wilayah perkotaan Purwokerto dinilai kurang efektif.
Oleh karena itu Bupati Achmad Husein mengusulkan untuk mematikan Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU).
Bupati mengusulkan LPJU supaya dimatikan selama penerapan jam malam. Rencananya LPJU akan dimatikan mulai pukul 21.00 WIB sampai pukul 04.00 WIB, seperti dilansir dari TribunJateng.com.
“Penyekatan jalan kurang efektif, LPJU dimatikan saja pukul 21.00 WIB – 04.00 WIB tapi harus koordinasi dengan pihak Kepolisian dan dinhub,” katanya.
Terkait rencana mematikan LPJU diperkotaan, tersebut menuai banyak tanggapan baik yang mendukung ataupun sebaliknya.
Salah satu warga Purwokerto, Mahdi (25) mengatakan, jika hal tersebut untuk kebaikan bersama maka tidak masalah.
“Ya, kalau misal untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 tidak masalah. Tapi baiknya agar setiap simpang juga bisa untuk dijaga. Untuk memastikan jika memang tidak ada yang melanggar jam malam, bukan dimatikan saja,” terangnya.
Pandangan lain datang dari salah seorang sopir ojek online di Purwokerto, Krisna yang mengatakan jika LPJU dimatikan maka akan mengkhawatirkan pengguna jalan.
“Kalau LPJU dimatikan dikhawatirkan malah rawan kecelakaan. Apalagi sopir ojek online sering juga narik malam-malam, mesti kadang tidak menentu dan tergantung orderan,” katanya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (29/1/2021).
Krisna yang juga merupakan salah satu anggota paguyuban ojek online Banyumas ini menuturkan jika sebelum pandemi, ia bisa menarik orderan sampai dengan pukul 23.00 WIB malam.
Ia berharap kedepannya ojek online bisa bekerjasama dengan pihak lain seperti di beberapa daerah lain.
Contohnya adalah menggandeng Rumah Makan, atau tempat lain untuk memberdayakan ojek online.
“Di luar kota ada yang menggandeng RM, Rumah Sakit (RS), jasa pengantaran, dan sebagainya. Contohnya di Brebes menggandeng RS, disini juga bisa dengan RS Margono untuk pengantaran obat. Itu sebelum pandemi sudah begitu,” jelasnya.
Tidak dapat dipungkiri pandemi ini sangat berpengaruh dengan pendapatannya.
“Pendapatannya anjlok sampai 70 persen karena banyak yang masih takut buat order,” tuturnya.
Krisna mengatakan jika nyatanya banyak juga rekan-rekannya yang beralih profesi seperti menjadi kurir ekspress.
(TOW)