Orderan Sepi, Separuh Driver Taksi Online di Lombok Banting Setir

Taksi online tak lagi semanis ketika awal-awal masuk Lombok. Mereka yang bertahan adalah yang tidak lagi punya pilihan lain.

Awal-awalnya, membuka aplikasi taksi online, misalnya Uber, Grab, Go Car, kita bisa memantau jumlahnya yang stand by di titik-titik strategis di Kota Mataram berjubel. Belakangan, dari aplikasi bisa dilihat sebarannya jarang. Kecuali di lokasi-lokasi keramaian seperti di mall.

Fenomena ini tak bisa dipungkiri. Seleksi alam berlaku. Koordinator Uber (sekarang Grab) untuk Wilayah NTB, Iwan P Balukea mengakuinya. Ia menyebut taksi online sedang mati suri.

Jumlahnya yang memilih berhenti ini hitung-hitungan kasar yang sering diperbincangkan di forum Asosiasi Driver Online (ADO) Provinsi NTB. Alasan banyaknya anggota yang memilih banting setir ke berbagai usaha lainnya disebut dipengaruhi beberapa hal.

Baca Juga :  Viral, Driver Go-Jek Ganteng di Cilegon Ini Bikin Netizen Meleleh

Misalnya, tarif yang diberikan aplikator cukup rendah. Sistem kejar poin juga tidak seperti sebelum-sebelumnya. Dengan melayani penumpang dalam jumlah tertentu, secara otomatis bonus ratusan ribu telah masuk ke rekening driver. Belakangan ketentuan dan nilai bonus dikurangi.

Para driver taksi online, lanjut Iwan, menginginkan aplikator memberlakukan tarif yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Gubernur. Meskipun, ketetapan ini belum juga diturunkan oleh pemerintah daerah.

Selain itu, sepinya penumpang juga ditengarai menjadi penyebab banyaknya pengemudi taksi online mengambil jalan lain adalah gempa pada Agustus 2018 lalu, praktis mengakibatkan sektor pariwisata terseok-seok. Ditambah berbagai kebijakan dari maskapai menaikkan harga tiket dan memberlakukan sistim bagasi berbayar. Dampaknya meluber kata Iwan.

Baca Juga :  Tanggapan Resmi Go-Jek Soal Aksi Driver Go-Car yang Menyegel GO-JEK Pontianak

Ditambah lagi kebijakan dari aplikasi yang mengharuskan pengemudi menggunakan kendaraan berusia muda dibawah 5 tahun. Artinya, konsekuensi anggota adalah tetap menyediakan kendaraan baru.

Kok jadi aplikasi yang ngatur-ngatur kita sih. Aplikasi tuntut mobil baru terus jadinya. Giliran ada mobil yang terganggu, aplikasi lepas tangan. Inilah alasan kenapa anggota banyak yang memilih membuka warung,” papar Iwan.

Iwan menambahkan, anggota-anggotanya yang telah ke luar dari aplikasi, telah didaftarkan sebagai penyedia kendaraan saat penyelenggaraan MotoGP pada 2021 mendatang. Permintaan kendaraan menurutnya tak kecil saat itu. Tak cukup hanya di back up taksi yang ada di dalam daerah.

“Teman-teman sudah saya daftaran di Dinas Perhubungan. Ada hampir 100 unit kendaraan. Karena kebutuhannya banyak banget nanti pas MotoGP. Minimal kita persiapkan dari sekarang,” demikian Iwan.

Baca Juga :  Antisipasi Ganjil Genap Tol Cikampek, BPTJ Siapkan Lahan Parkir

(suarantb/tow)

 

 

Loading...