Mahasiswa Brawijaya Tolak Larangan Ojek Online Masuk Kampus

Reaksi mahasiswa Universitas Brawijaya Kota Malang mengetahui pihak kampus melarang ojek online di Malang masuk ke kampus beragam. Ada yang menolaknya.

Seperti diketahui, mulai Senin (28/1/2019) Universitas Brawijaya mulai menerapkan sistem larangan ojek online di Malang masuk ke dalam kampusnya.

Alasan itu diberlakukan guna menjaga keamanan kampus karena kawasan Universitas Brawijaya kini sudah seperti jalan umum.

Hal itu diucapkan oleh Rosadah Agustin Syarif, Kabag Umum, Hukum dan Tata Laksana Universitas Brawijaya kepada SURYAMALANG.COM (grup SURYA.co.id), Jumat (25/1/2019).

Menanggapi hal itu, Deka Kusuma, Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Universitas Brawijaya mengatakan tidak masalah kalau ojek online di Malang dilarang masuk.

Menurutnya larangan tersebut sudah lama diterapkan namun hasilnya tetap saja banyak ojol yang memasuki UB.

Baca Juga :  Tips Menghindari Begal dari Kapolda Sumsel

“Udah beberapa bulan yang lalu sebenarnya larangan ini ramai diperbincangkan di sini. Bahkan sempat ada spanduk-spanduk di pintu masuk. Namun, ya tetap saja aturan ini tidak berjalan efektif,” ucap mahasiswa asal Semarang ini.

Di sisi lain, jika larangan tersebut resmi diberlakukan, maka akan membuat driver ojol menurunkan penumpangnya di depan pintu masuk.

Untuk itu ia berharap pihak Universitas bisa melayani mahasiswanya dengan baik mengingat luasnya wilayah UB itu sendiri.

“Kalau UB menyediakan kendaraan antar jemput ke setiap fakultas pasti banyak mahasiswa yang meresponny dengan baik, tapi ya dilihat saja nanti. Karena jumlah mahasiswa di sini juga banyak,” imbuhnya.

Sementara itu, dari pantuan SURYAMALANG.COM pada Sabtu (26/1/2019) tidak banyak ditemui Ojol yang berhenti atau ngetem di dalam kampus Universitas Brawijaya.

Baca Juga :  Ombudsman Sarankan Pemerintah Revisi UU No 22 Tahun 2009

Hanya ada beberapa ojek online di Malang saja yang melintas sambil membawa bungkusan ataupun membawa penumpang masuk ke kawasan UB.

“Kalau dilarang ya jangan, nanti kalau kami order makanan jadi gak bisa dong,” ucap Hasanah, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi, UB.

Menurutnya harus ada solusi yang baik antara pihak Kampus dengan para Driver Ojol.

Namun dirinya juga mendukung kebijakan Kampus mengenai polemik tersebut.

“Memang di sini ini rawan, tapi kalau tujuannya untuk menjaga keamanan ya tidak masalah. Untuk stiker udah dari dulu diterapkan. Tapi ya gitu, penerapan itu hanya bersifat sementara saja,” tandasnya.

(tribunnews/tow)



Loading...