Kisah Perjuangan Ladies Ojol Hidupi Dua Anak

Ladies Speed Kota Bogor, Asmanah Asih./Foto: Maryam

Seorang Ladies Speed Kota Bogor, Asmanah Asih mengungkap kisah hidupnya sebagai orangtua tua tunggal.

Ia mengaku harus berjuang sendiri menghidupi dua anaknya yang masih sekolah (tingkat SMP dan SMA, red) setelah bercerai dengan suaminya.

Karena faktor ekonomi (cerai, red),” ungkap perempuan yang mengawali pernikahannya saat berusia 15 tahun.

Akunya, sejak itu ia mendalami profesi sebagai salah satu ojek online perempuan.

Katanya, ia memiliki riwayat sebagai ojol di sekitar Kebon Pedes, Tanah Sareal.

Karena histori saya di sana, panggilannya banyak di sana,” aku perempuan yang pernah aktif di Ladies Ojol ini, Sabtu (17/4/2021).

Setelah berpetualang bermitra dengan beberapa perusahaan ojek online, ia bersyukur mendapatkan rezeki dengan mendapatkan prioritas dari GrabFood.

Jadi kita tidak bawa orang, menghindari perilaku dari orang-orang (penumpang, red) yang tidak diinginkanlah, melanggar kode etik, kayak gitu,” jelasnya.

Kalau kita (driver ojol perempuan, red) membawa penumpang rawan. Saya sendiri ngalamin. Saya dapat penumpang di Cimanggu ini, Tentara Pelajar nganter ke Situ Pete, Sukadamai. Saya ‘kan tahu jalannya di bukit. Dia gak mau, maunya muter,” bebernya.

Saat mengikuti kemauan oknum penumpang untuk jalan memutar, sang oknum penumpang memanfaatkannya dengan meraba beberapa bagian tubuhnya.

Baca Juga :  Dituntut Open Suspend, PT Go-Jek Indonesia: Merugikan Mitra Aktif

Dia grepe-grepe. ‘Kan saya risih, ya. Maaf dong jangan kayak gitu. Oh, maaf, ya. Lama-lama jauh berjalan dia semakin kurang ajar, langsung saya turunin di jalan,” jelas perempuan cantik berhijab ini.

Terangnya, oknum penumpang itu ia turunkan meski belum sampai di titik yang dituju.

Ia pun berusaha menolak melanjutkan perjalanan bersamanya.

Silakan bapak naik ojek atau angkot lain, tidak usah bayar, si penumpang marah, gak terima,” katanya.

Lanjutnya, saat itu juga ia langsung menelpon kantor ojek online dan mendapatkan notif 2 hari kemudian untuk ke Cilandak, dan di sana ia pun mendapatkan kesempatan khusus menjadi ojol pengantar makanan.

Jadi kita para wanita, para ladies diutamakan untuk makanan,” katanya.

Apalagi, katanya, saat malam hari rawan bagi perempuan.

Pernah ada lady boy jadi korban begal. Jarinya putus dua,” katanya.

Pun siang hari juga demikian. Katanya, terlebih kalau harus mengantar makanan ke area rawan lokasi konsumen.

Namun, keadaan mudah mendapat orderan menjadi berkurang saat pandemi, seperti orderan penumpang.

Kemarin aja saya narik sampai malam cuma dapat 3. Kemarin saya narik habis Ashar,” ungkap perempuan yang memiliki 4 anak ini.

Penurunan drastis soal pendapatan dirasakan mulai awal pandemi pada Maret 2020 lalu.

Baca Juga :  Salut, Ojek Online di Sukabumi Galang Dana untuk Pengobatan Opang Penderita Kanker Kulit

“Pas tahu di sini ada Jumat Berbagi Berkah saya langsung antre. Hati saya tertarik, seneng amat bisa bantu (berbagi, red),” jelas perempuan yang masih harus menanggung 3 anak perempuannya.

Perempuan yang sudah memiliki cucu dari anaknya yang sudah menikah ini, mengaku sempat menjadi asisten rumah tangga sebelum menjadi ojol.

2014 saya pisah, cerai (hidup, red), yang namanya ketemu anak sesekali dia mau, dia gak mau nafkahin, tapi rezeki ada aja, sih,” jelasnya.

Saat ini, ia mengaku tengah mengusahakan agar bisa memiliki Akta Cerai.

Mungkin karena harus bayar, dia gak mau bayar. Saya lagi ngusahain Akta Cerai,” katanya.

Selain dirinya, sepengetahuannya, rata-rata rekan sesama perempuan di ojol berstatus single parent atau janda yang telah bercerai dengan pasangannya.

Dari Jalanan Hingga Pengajian Ojol Perempuan

Asih mengaku, sejak pandemi Covid-19 ini para ojol perempuan kerap mengadakan pertemuan guna bersama belajar agama.

Kita juga punya pengajiannya, MPPOB, Perempuan Majelis Taklim Ojek Online setiap Jumat di Al Bunyan, Yasmin. Ada sekitar 102 orang,” katanya.

Pengajian itu, katanya, justru ada sejak pandemi ini.

“Dulu ‘kan kita terlalu sibuk nyari dunia. Sekarang daripada sepi order, di situ bisa kumpul, saling menimba ilmu,” katanya.

Baca Juga :  Ojek Online Harus Tahu Ini, Sanksi Tegas Bagi Pemotor yang Melintasi Trotoar Pejalan Kaki

Dengan pengalaman ini semua ia bersyukur bisa menafkahi anak dan memiliki banyak saudara.

Di ojol ini kalau 1 sakit, sakit semua,” katanya.

Ia mengaku juga aktif sebagai relawan di berbagai momen dan meyakini ada saja rezeki saat sudah menolong orang.

Ia mengaku pernah mendapatkan order fiktif. Namun, katanya, hal itu bisa diselesaikan dengan mengurus langsung ke kantor.

Bikin capek, pusing. Apalagi kalau hujan,” katanya.

Selain pengalaman itu, ia juga pernah mengalami kesalahan alamat. Hal itu menurutnya karena beberapa faktor.

Jadi tak bisa menyalahkan penumpang. Kadang-kadang alamat di mana, nganterinnya di mana,” katanya.

Akibatnya pusing dengan alamat yang tak jelas, ia pun sempat nyasar ke kuburan.

Untungnya dia (konsumen, red) responnya cepat,” tambahnya.

Ia pun menceritakan berbagai pengalamannya menghadapi beragam karakter konsumen.

Ada yang baik banget. Ada yang kembalian seribu ditungguin banget,” katanya.

Bahkan, ia mengaku ada pelanggan yang nyaman dengan dirinya dan meminta bantuannya menjadi jemputan secara pribadi.

Dia murah hati, saat pandemi ngasih uang setiap bulan Rp300 ribu. Saya ‘kan gak antar anaknya ke sekolah, ya,” jelasnya.

(TOW) Artikel ini telah tayang di pojoksatu.id

Loading...