Kisah Driver Ojol Difabel di Sulbar, Keterbatasan Fisik Tak Jadi Halangan

Foto: Hafis Hamdan

Transonlinewatch.com – Keterbatasan fisik tak membuat difabel di Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Alfaisal (22) berpangku tangan. Karena tidak bisa berdiri, Alfaisal memodifikasi motornya agar bisa bekerja sebagai driver ojek online (ojol).

Saat ditemui di sekretariat Gerakan Mandiri (GEMA) Difabel Mamuju, Jalan Ahmad Kirang, Minggu (14/8/2022) pukul 15.00 Wita, Alfaisal tampak beristirahat setelah seharian bekerja. Dia tampak sumringah saat menerima kedatangan wartawan.

Ia lalu menceritakan awal mula memiliki motor yang dimodifikasi untuk dipakai bekerja. Menurutnya, motornya itu merupakan pemberian orang tuanya.

“Ini motor saya dikasih orang tua setelah gempa Mamuju tahun lalu, karena tidak bisaka’ berdiri jadi saya modifikasi ini motor pake roda 3 sama ditaruh tempat duduk baru di sebelah kiri,” ujar Alfaisal.

Kondisi orang tua Alfaisal yang juga sakit sehingga dirinya harus mandiri. Dia bekerja sebagai driver ojol agar bisa melanjutkan pembayaran cicilan motor miliknya.

“Ini saya harus bekerja karena saya sendiri yang bayar cicilan motor. Ayah kan sakit juga,” ucapnya.

Ia menuturkan sebelum menjadi ojek online, dirinya sempat bekerja di konter yang menjual handphone bekas. Setelah itu ia mencoba menjadi kurir yang mengantar pesanan makanan dan paket dengan sistem pesan online.

“Jadi sudah pernah di konter, jadi kurir juga. Ternyata setelah saya tahu admin perusahaan ojek online buka lowongan untuk difabel, saya daftar dan diterima,” bebernya.

Untuk aktivitas sehari-hari, Alfaisal juga mengandalkan kursi roda miliknya, bahkan untuk sampai di parkiran motor sejauh 20 meter dari sekretariat Gema Difabel ia secara mandiri menggunakan kursi roda.

“Kalaw di dalam rumah, misalkan ke dapur atau kamar mandi saya merangkak ji, cuman kalaw ke parkiran motor itu saya bisa sendiri naik di kursi roda sampai naik keatas motor lagi,” ujarnya

“Saya sekarang ini memang tinggal di sekret, banyak juga teman-teman difabel disini,” sambungnya

Dengan kondisi Alfaisal tersebut, ia mengaku tak sedikit calon pelanggan yang langsung membatalkan pesanannya, bahkan kadang sehari dirinya hanya mendapatkan 1 hingga 2 orderan.

“Awalnya banyak yang cancel langsung setelah lihat kondisiku. Pelanggan itu juga ragu sama kondisi motor, bahkan ada yang bilang malu untuk naik di motorku,” kenangnya.

Setelah kejadian tersebut, dirinya lebih dulu akan memberitahukan kondisi fisik dan motornya melalui calon pelanggan agar tidak dibatalkan saat sudah di tempat penjemputan.

“Saya tanya memang (beritahu di awal soal) kondisiku dan kondisi motor sama calon pelanggan supaya tidak terulang kejadian yang sama (penolakan),” terangnya.

Perbedaan fisik Alfaisal tersebut ia rasakan sejak umur 7 tahun. Kedua kakinya mudah patah saat terjatuh. Dia bahkan sempat memeriksakan kondisinya ke RSUP Wahidin Sudirohusodo, Makassar.

“Sejak umur 7 tahun ini kakiku mudah patah, saya periksa sampai ke rumah sakit Wahidin cuman keterangan dokter dia bilang keropos saja,” katanya.

Karena kondisi tersebut, pendidikan Alfais menjadi terbatas. Orang tuanya khawatir Alfais menjadi korban kejahilan teman-temannya.

“Orang tua khawatir dengan kondisi, jangan sampai juga saya didorong-dorong sama teman makanya (sekolah saya) sampai TK saja,” katanya.

Alfais berharap atas kondisinya tersebut, para pelanggannya tak perlu khawatir. Dia lalu bercerita pernah melakukan perjalanan antar kabupaten dengan menggunakan motornya.

“Semoga tidak ada lagi yang takut, baik yang saya bonceng atau para pelangganku, karena saya pernah juga bawa motor sampai Mamuju Tengah,” harapnya.

(tow) Artikel ini telah tayang di detik.com

Loading...