Inilah Qomariyah, Perempuan Tangguh Jadi Driver Go-Jek Demi Keluarga

Wanita yang mengenakan jaket kebesaran para driver GO-JEK itu datang sambil membawa ketiga anaknya. Musim liburan telah tiba, setelah sehari-hari mengaspal, hari ini Siti Qomariyah ingin menyenangkan anak-anaknya seharian di kawasan Blok M.

“Tadi suami saya cuma mengantar sampai sini, lalu narik lagi,” ucap Siti membuka obrolan di kantor GO-JEK, Pasaraya Blok M, Rabu (3/1).

Awalnya, suami Siti berprofesi sebagai pemborong gipsum untuk bangunan. Namun, di tahun 2016, perusahaannya terlilit masalah dan terpaksa bubar.

“Tadinya suami mencoba bangkit sendiri, bikin sendiri, tapi ternyata cuma cukup untuk anak buah saja. Saya bilang, daripada kayak gini banyak mengeluh, mending berhenti aja,” kisahnya.

Tidak lama kemudian, tetangganya menawarkan untuk bergabung di GO-JEK. Siti yang tertarik, butuh waktu satu minggu lamanya untuk membujuk suami agar mengizinkannya menjadi driver GO-JEK.

Siti Qomariyah, driver GO JEK

“Awalnya enggak boleh, karena mungkin dia mikir hidup di jalan keras atau gimana kan. Tapi setelah proses satu minggu, akhirnya dia mau juga. Dia bilang, kamu duluan aja yang daftar,” ujarnya.

Malam harinya, saat menyiapkan dokumen yang akan digunakan untuk mendaftar, Siti sengaja menyisipkan dokumen milik suami juga. Diam-diam, ia ikut mendaftarkan suami sebagai driver GO-JEK. Dan siapa sangka, keduanya berhasil lolos menjadi driver dalam waktu yang sama.

Satu tahun menjadi driver GO-JEK, suami Siti masih sesekali membantu proyek milik teman-temannya. Namun, karena merasa keteteran, baru di tahun kedua suaminya fokus di GO-JEK saja.

Sama-sama menjadi driver GO-JEK bersama suami, menurut Siti menimbulkan kepuasan tersendiri. Apalagi saat berjanji bertemu di basecamp mereka dan sama-sama mencari customer.

Setiap harinya, Siti baru berangkat sekitar pukul 10.00 WIB, setelah ketiga anaknya berangkat sekolah dan pekerjaan rumahnya beres. Dari jam sepuluh,biasanya Siti baru pulang ke rumah sekitar pukul sepuluh hingga sebelas malam.

“Itu enggak tentu, jam pulangnya sebenarnya fleksibel. Kalau suami saya, biasanya lebih malam lagi,” ungkap Siti.

Meski ia dan suami baru pulang begitu larut, namun Siti tidak khawatir meninggalkan ketiga anaknya di rumah. Sebab, satu tahun belakangan, ibunya diboyong dari Gunung Kidul, Yogyakarta, untuk tinggal bersama di Pasar Minggu.

“Sebenarnya saya mau turun begini juga mungkin terinspirasi dari ibu saya. Beliau begitu kuat menghidupi keempat anaknya sendirian,” kata Siti menceritakan sosok ibunya.

Baca: Driver Go-Jek Ini Jadi Pahlawan, Tangkap Perampok Istri Polisi di Medan

Ayahnya memang masih ada, namun sejak Siti kecil tidak pernah tinggal bersama. Dari kecil, Siti yang merupakan anak bungsu sudah biasa melihat ibunya banting tulang berdagang seorang diri demi menghidupi anak-anaknya.

“Dulu ibu berdagang, sekarang pun juga masih berdagang sembako di rumah, warung kecil-kecilan. Usianya sudah 75 tahun, tapi alhamdulillah masih sehat,” ujarnya sambil tersenyum.

Siti bersyukur, profesinya saat ini mendapatkan banyak dukungan dari keluarga. Tak hanya suami dan ibunya, namun juga anak-anaknya yang justru bangga ibunya bisa menjadi driver GO-JEK.

“Bangga lah, ibunya bisa kuat begini,” ucap Siti.

Baca: Go-Jek Komitmen Ikuti Aturan Pemprov Jatim

Bagi Siti, tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan oleh seorang wanita, apalagi jika berhubungan dengan keluarga dan anak.

Saat lelah di jalan, ingatan akan anak-anaknya selalu bisa mengembalikan semangat dan energinya.

Sebagai driver GO-JEK wanita, Siti mengaku memiliki pengalaman unik. Suatu hari, ia pernah mendapatkan customer seorang dokter pria yang rupanya merasa segan jika harus disopiri oleh seorang wanita.

Dokter tersebut pun menawarkan diri untuk membawa motor Siti, sementara Siti cukup duduk manis di belakang. Namun, Siti enggan, karena bagaimana pun juga, ia adalah driver.

“Lucunya, kita sampai berebut kunci motor. Berebut bawanya,” kenangnya sambil tertawa.

Baca: Cek Perjalananmu Bersama Go-Jek Sepanjang Tahun 2017 di Sini

Kejadian seperti itu sebenarnya tidak hanya terjadi satu kali. Sebab, menurut Siti, memang banyak customer pria yang merasa segan dan tidak enak hati jika harus dibonceng oleh driver wanita.

“Biasanya saya tanya, punya SIM enggak? Yaudah, mending duduk manis saja di belakang, tenang saja, saya ini sudah safety riding kok,” ungkap Siti.

Namun, bagi Siti, customer yang berusaha menawarkan diri untuk menggantikan Siti mengendarai motor, jauh lebih mending.

Sebab, beberapa kali ada customer yang tiba-tiba meng-cancel order-annya saat tahu Siti adalah wanita.

“Kan waktu itu saya sudah jemput, eh tiba-tiba langsung di-cancel. Katanya, maaf mbak, mbaknya cewek jadi saya cancel. Gitu. Padahal kalau mau cancel, kenapa harus menunggu saya jalan dulu dan menjemput,” ujarnya kesal.

Bergabung dengan GO-JEK membuat semangat Siti untuk melakukan kegiatan sosial tersalurkan. Sebab, secara rutin, para driver GO-JEK memang melakukan acara bakti sosial dan menyantuni anak yatim.

“Itu ada grupnya, kita baksos, santunan anak yatim driver yang sudah meninggal. Itu dari komunitas Lady Driver ada, yang gabungan juga ada,” katanya.

Untuk bakti sosial, lokasinya memang tidak menentu, tergantung dari daerah mana yang sedang membutuhkan. Misalnya saat baru-baru ini terjadi kebakaran di Bogor, para driver ini bahu membahu menyerahkan bantuan.

Siti bercerita awalnya ia bergabung di Lady Driver saat seorang driver kecelakaan dan membutuhkan dana sekitar Rp 20 juta. Namun, karena belum terdaftar di BPJS, biaya pengobatan tersebut tidak bisa ditanggung negara.

“Setelah itu baru masuk di Lady, itu dari satu basecamp ke basecamp, kita turun ke jalan ngecrek cari dana, buat bantu bapak itu. Akhirnya terkumpul, kan uangnya, kita serahkan. Nah di situ awal mulanya,” kisahnya.

Tidak hanya driver GO-JEK saja, Siti mengaku terkadang customer pun ikut menyumbang. Ikut memberikan sumbangan saat melihat bagaimana kompaknya para driver GO-JEK ini turun dan menggalang aksi sosial.

Untuk terus menjaga hubungan persaudaraan, Siti mengaku komunitasnya rutin mengadakan pertemuan. Bahkan, meski anggotanya tersebar di Jabodetabek, namun hal tersebut tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bertemu.

“Kan biasanya ada acara rutin itu, arisan Lady Driver, kan dari rumah ke rumah satu bulan sekali secara bergantian. Biar kata sampai Tangerang atau mana tetap kita datangi,” jelasnya.

Bagi Siti, bergabung dengan GO-JEK bukan hanya mengubah nasib keluarganya yang saat itu tengah krisis. Ini bukan hanya soal uang semata. Dari GO-JEK, Siti juga mendapatkan saudara baru dan pengalaman baru berbagi dengan sesama.

(kumparan/tow)

Loading...