Dua Cewek Ukraina Andalkan Ojek Online Saat Keliling Surabaya

Berwisata di wilayah baru tak lepas dari transportasi umum yang menjadi akomodasi utama. Sayangnya, rute bis dan angkutan umun di Surabaya tidak memiliki petunjuk rute yang bisa dipahami warga asing.

Hal ini dirasakan Anastasia Dotsenko (24), warga Ukraina yang sedang menempuh program Dharmasiswa di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Anastasia sering berkunjung ke beberapa daerah di Jatim maupun kepulauan selama 5 bulan tinggal di Surabaya. Bahkan ia juga mulai menjadi pemandu bagi teman sewaktu kuliah di Ukraina.

“Akomodasi di sini saya pakai ojek atau taksi online, yang pasti bukan transportasi umun. Karena di sini sangat sulit pakai bus, atau angkutan umum. Tidak ada rute yang terpampang di halte, dan tidak semua warga bisa paham bahasa Inggris untuk saya tanyai kemana rute busnya,” ungkap Anastasia beberapa waktu yang lalu.

Baca Juga: Kemunduran, Melarang Angkutan Online

Untuk kunjungan hari pertama temannya, ia merencanakan 4 destinasi.

Mulai dari berkunjung ke pantai selatan Surabaya untuk melihat jejak kebudayaan yang ditulis menggunakan bahasa Ukraina, kemudian melihat Monumen Suroboyo, mengunjungi House of Sampoerna. Kemudian ia berencana menutup hari dengan melihat Vihara di Kenjeran.

“Ini menyenangkan sekali melihat jejak budaya di Surabaya masih terdapat bahasa Ukraina yang terukir, padahal jarak Ukraina dan Indonesia jauh,” ungkapnya.

Selain itu, ia berencana menunjukkan beberapa taman di Surabaya. Menurutnya memeang tak banyak wisata yang bisa dikunjungi di Surabaya. Karena Surabaya identik dengan perkotaan sehingga memang cukup jarang wisatawan asal Eropa atau wilayah barat yang datang ke Surabaya.

“Sebenarnya kalau wisata alam, kami bisa berkunjung ke sejumlah wilayah di sekitar Surabaya. Biayanya juga tak mahal, seperti ke Malang atau Bukit Jaddih di Madura,” ungkap pegawai swasta di Ukraina ini.

Baca Juga: Dilema Transportasi Berbasis Aplikasi Online

Namun, ia sangat suka dengan warga lokal Surabaya yang sangat ramah dan mau mengenalkan banyak hal ketika ia berkunjung ke suatu tempat.

Walaupun ia memilih untuk menyewa apartemen di Surabaya, sebab biaya yang dikeluatkan untuk menyewa apartemen cukup layak dengan fasilitas yang didapatkan.

“Privasi masih bisa dijaga kalau tinggal di partemen, karena memang orang Indonesia suka sekali tanya, mau kemana, sama siapa, ngapain. Saya belum terbiasa walaupun sering menginap di rumah teman yang di beberapa kota,”jelasnya.

Sementara itu, Anna Nazarenko (24) yang berencana berlibur selama sebulan di Indonesia selama ini mengunjungi Bali.

Kebudayaan sangat kental berbeda di Surabaya, menurutnya warga memberikan kesan penting dalam kunjungan turis.

“Saya nggak begitu banyak komunikasi dengan warga lokal tapi mereka ramah menyapa dan mengajak berfoto,” ungkapnya.

Ia juga terkesan dengan sistem transportasi mandiri seperti taksi dan ojek online yang menerapkan harga yang layak. Berbeda dengan di Bali yang harganya bisa 3 kali lipat.

“Mereka kira kami berlibur kami super kaya hingga menarik harga tinggi, padahal kami juga mencari harga yang layak,” ungkap wanita yabg melanjutkan studi di Beijing ini.

(Surya/tow)

Loading...