Curhat Driver Taksi Online Soal Beratnya Bayar Cicilan Mobil

Titto Ahmad tampak serius memandangi dua layar telepon selulernya.

Sudah beberapa menit, tapi aplikasi penerima order taksi online tak juga muncul di bar notifikasi.

Padahal saat itu ia berada di daerah potensi penumpang, yakni di sekitar Stasiun Gubeng Lama, Surabaya.

“Biasanya ramai kalau ada kereta datang. Ini bukan jamnya, sepertinya,” kata Titto, pekan lalu.

Ia pun pamit dan bergegas membawa pergi mobilnya ke tempat lain yang lebih potensial untuk mendapatkan penumpang.

Wajar jika Titto buru-buru. Hingga siang itu, setelah bertemu dengan wartawan Surya, ia belum mengangkut penumpang satu pun.

Baca:

Sejak dua tahun terakhir, Titto bekerja menjadi driver taksi online .

Awalnya itu hanya pekerjaan sampingan, ketika ia masih menjadi teller di sebuah perusahaan farmasi.

Tapi setelah menjadi korban pemutusan hubungan kerja (PHK), hidup Titto sepenuhnya bergantung pada pendapatan dari taksi online.

Baca Juga :  Terungkap! Ini Alasan Google Berinvestasi di Go-Jek

Penghasilan sebagai driver taksi online awalnya cukup menggiurkan bagi Titto.

Pada pertengahan 2016, ia pernah mendapatkan penghasilan bersih hingga Rp 7 juta per bulan.

Uang itu cukup dipakai untuk kehidupan sehari-hari keluarga plus mengangsur cicilan mobil yang besarnya hampir Rp 4 juta.

Setahun berikutnya, Titto kembali membeli satu unit mobil baru lagi juga untuk taksi online.

“Teman saya datang ke saya butuh pekerjaan. Saya sarankan untuk daftar (jadi driver taksi online , Red). Lalu dia ikut,” cerita dia.

Sang teman kemudian menggunakan mobil yang selama ini dipakai Titto untuk narik penumpang.

Sementara ia membeli mobil lagi. Saat itu Titto belum menyangka jika persaingan antartaksi online akan begitu berat dari waktu ke waktu.

“Setorannya Rp 100.000 mentok per hari. Kalau seminggu, ketemu Rp 700.000. Itu tidak cukup kalau buat cicilan. Jadi saya subsidi,” ungkapnya.

Empat bulan berjalan, beban mencicil sebuah mobil dan menyubsidi cicilan mobil lainnya terlalu berat bagi Titto.

Ia memutuskan untuk menjual mobil lama yang dipakai temannya.

Baca Juga :  Kuota Taksi Online di Solo Dibatasi, Ini Kekhawatiran Para Driver

Saat ini, ia fokus bekerja pagi-siang-malam di jalan untuk memburu target pendapatan agar mobil satunya tak ikut terjual.

Kini ia merasakan kondisi yang berbeda dibanding dua tahun sebelumnya.

Ia sering kesulitan mendapat banyak penumpang jika hanya berkutat di Surabaya.

Padahal untuk mencapai target 20 trip dalam sehari ketika itu bukan hal yang sulit di sebuah kota metropolitan.

“Dalam sehari, saya bisa tidur di jalan. Kalau kurang setoran, saya tidur di jalan. Kalau Jumat, saya (bisa sampai) pulang pagi. Kalau hari biasa, bisa pulang malam,” ungkap bapak tiga anak itu.

Tak jarang juga, Titto pergi ke daerah lain di luar Surabaya untuk mendapat penumpang.

Biasanya, ia datang ke daerah tersebut untuk mendatangi anggota paguyuban driver taksi online yang ia pimpin.

Sampai di sana, ia menyempatkan waktu untuk mencari penumpang.

“Mobil ini mau tidak mau harus survive. Caranya mungkin dengan melipir ke daerah-daerah baru. Kalau di Surabaya sudah penuh, contohnya, saya ke Jombang, Mojokerto. Pokoknya daerah yang sudah dibuka (untuk taksi online ). Kodenya itu,” tutur dia.

Baca Juga :  Pebisnis Mobil Bekas di Jakarta Banjir Pesanan karena Perluasan Ganjil Genap

Igun, warga Kepanjen, Kabupaten Malang, pun merasakan kondisi serupa.

Awal 2017, ketika taksi online tengah ramai-ramainya di Malang Raya, ia memutuskan untuk mencicil sebuah mobil untuk dipakai bekerja sebagai driver taksi online . Cicilannya sekitar Rp 2 juta per bulan.

Ia memilih menjadi driver taksi online karena tergiur kisah pendapatan yang lumayan dari rekan-rekannya yang sudah terjun ke pekerjaan yang sama terlebih dulu.

Kala itu, kata Igun, seorang temannya bercerita bisa mendapat penghasilan kotor Rp 2 juta per pekan.

“Kalau sekarang sudah hancur (kondisinya),” ungkapnya.

Berbeda dengan Titto, ia dari jauh hari sudah mempersiapkan rencana andai kata penghasilan sebagai driver taksi online tak lagi mencukupi untuk mencicil mobil dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketika itu, dia sudah terpikir untuk menitipkan mobilnya ke rental mobil.

Uang menyewakan mobil setidaknya bisa untuk menambah cicilan mobil yang masih panjang.

(tribunnews/tow)

Loading...