Berdayakan Ekonomi Umat, Nujek Targetkan 2030 jadi Decacorn

DARI SANTRI UNTUK NEGERI: Kiri, Para mitra driver Nujek Pekanbaru dalam acara softlaunching layanan Nujek di kota tersebut pada Maret lalu. Kanan, salah seorang mitra Nujek perempuan di Pekanbaru. (NUJEK FOR JAWA POS)

Dua tahun lalu Pondok Pesantren Terpadu Al-Yasini, Pasuruan, tiba-tiba menyita perhatian. Tepat pada 17 Agustus 2018, sebuah perusahaan transportasi daring bernama Nujek diluncurkan. Itulah perusahaan rintisan digital yang berhasil ditelurkan beberapa santri alumni pesantren di Dusun Areng-Areng, Desa Ngabar, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, tersebut.

Dengan jargon Dari Santri untuk Negeri dan Berdayakan Ekonomi Umat, Nujek hadir di tengah masyarakat. Berhadap-hadapan langsung dengan dua pemain raksasa di bisnis ini, yakni Grab dan Gojek.

Setelah dua tahun berjalan, performa Nujek tergolong baik. Sampai saat ini, aplikasi yang membidik pasar warga NU dan santri tersebut mencapai 320 ribu pengunduh. Itu terdiri atas pelanggan maupun mitra pengemudi. Nujek saat ini juga telah melebarkan sayap layanan ke 30 kota di seantero Nusantara. Target jangka pendek mereka pada 2021 adalah menarik 10 persen market share dari layanan transportasi daring. ’’Kami juga menargetkan pada 2030 perusahaan ini sudah menjadi decacorn,’’ tutur Mochammad Ghozali, CEO Nujek, seperti dilansir dari Jawapos.com.

Baca Juga :  Selesaikan Kasus Pelemparan Driver Ojol, Pihak Grab dan Kopi Yor Bertemu

Pria yang akrab dipanggil Gus Ghozali itu menambahkan, kehadiran Nujek tidak semata-mata ingin meramaikan persaingan dunia transportasi daring tanah air. Lebih dari itu, Nujek ingin menjadi bukti bahwa kalangan santri kini juga mampu berperan di dunia perusahaan rintisan digital.

Karena itu, Nujek juga membangun beberapa anak perusahaan di bidang digital. Salah satunya venture capital bernama 99 Start Up. Perusahaan tersebut bergerak di bidang pembiayaan perusahaan-perusahaan rintisan digital milik kalangan santri. ’’Kami ingin kalangan santri bisa mengejar ketertinggalan. Terutama di bidang ekonomi digital,’’ tambah Gus Ghozali.

Gus Ghozali bersama teman-teman kalangan santrinya juga terus melebarkan jaringan komunitas digital antarsantri NU. Bulan ini dia membentuk NU Hub Digital Valley yang bermarkas di Taman Bungkul, Surabaya. Itu adalah wadah bagi santri untuk berjejaring dan membentuk ekosistem digital.

Baca Juga :  DKI Jakarta Akan Dapat Bantuan Khusus dari Jokowi, Libatkan GoJek dan Grab

Selain itu, sehari setelah perayaan Hari Santri 22 Oktober lalu, mereka meluncurkan muslimnuku.id. Itu merupakan platform aplikasi harian yang mendukung aktivitas sehari-hari penggunanya. Dilengkapi pula dengan fitur pasar daring alias marketplace sebagai lapak berjualan produk-produk halal.

(TOW)

Loading...