Waduh! Anies Baswedan Sebut Ojek Online Angkutan Panas Berboncengan

Kemudahan yang ditawarkan angkutan umum berbasis aplikasi, khususnya ojek online, secara langsung meredupkan angkutan kota ataupun bus sedang di Jakarta.

Namun, situasi itu diyakini Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bisa berubah.
Apabila, kerja sama yang baik terjalin antara Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan Organda.

Hal tersebut ia sampaikan saat membuka Musyawarah Kerja Daerah I dan Musyawarah Kerja Dewan Pimpinan Unit serta Musyawarah Dewan Pimpinan Unit Taksi Organda DKI Jakarta Tahun 2019.

Acara digelar di Ballroom Hotel Holiday Inn Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2019).
Tema Musyawarah Kerja Daerah I itu adalah ‘Peningkatan Kualitas Layanan Seluruh Moda Angkutan Umum yang Profesional serta Terintegrasi Seluruh Layanan Berbasis Teknologi dan Ramah Lingkungan.’

Acara itu digelar oleh Dewan Pimpinan Daerah Organda DKI Jakarta itu.
Anies Baswedan mengajak Organda menjalin hubungan yang saling menguntungkan.

Kerja sama tersebut, katanya, akan dilandasi kepercayaan dan keadilan yang menyeluruh.
Sehingga, target penjangkauan 90-95 persen wilayah Ibu Kota dengan angkutan umum dapat tercapai.

“Di dalam menyusun sebuah aturan yang fair, maka kita harus sama-sama mengutamakan tujuan bersamanya.”

“Kalau kita membangun aturan main yang fair, maka saya yakin target kita 90-95 persen wilayah Jakarta terjangkau dengan angkutan umum massal,” tutur Anies Baswedan.

Baca Juga :  Go-Jek Dikabarkan IPO di New York, Ini Penjelasannya

“Dan itu tidak mungkin dikerjakan sendiri, justru harus berkembang dan menjangkau.”

“Kami siap untuk berada menjadi supporting partner-nya agar bisa menjangkau semuanya,” tambahnya.

Lewat kerja sama yang tercipta, Anies Baswedan menargetkan angkutan umum dapat dijangkau dengan radius maksimal sejauh 500 meter.

Sehingga, masyarakat dapat dengan mudah bepergian menggunakan kendaraan umum.

“Saya percaya warga Jakarta akan lebih memilih menggunakan kendaraan umum massal daripada memilih memakai angkutan yang panas berboncengan.”

“Tapi, itu hanya bisa terjadi kalau kita kerja bersama dengan baik,” jelasnya.

Oleh karena itu, Anies Baswedan mengajak seluruh stakeholder untuk dapat duduk bersama dan mengabaikan beragam kepentingan.
Dirinya menyebut sejumlah negara maju telah berhasil mengintegrasikan seluruh moda transportasi untuk kemajuan bangsa.

Dirinya menganalogikan kerja sama tersebut layaknya situasi kendaraan di sebuah persimpangan, dengan kondisi lampu lalu lintas yang rusak.

Seluruh kendaraan, katanya, dipastikan maju menerobos sehingga mengakibatkan kemacetan parah.

Kondisi tersebut menurutnya merupakan rasional individual, mengingat seluruh pengguna jalan memiliki kesempatan yang sama.

Namun, keputusan yang diambil masing-masing pengendara akan mengakibatkan lalu lintas terkunci rapat.

Berbeda halnya apabila para pengendara mengutamakan rasional kolektif untuk saling bekerja sama mengurai kemacetan.

“Sama seperti Jakarta hari ini, paling enak memakai motor, pergi ke mana saja leluasa, gampang.”

Baca Juga :  Beragam Upaya Driver Go-Jek Bantu Korban Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah

“Tapi ketika pilihan rasional itu dikerjakan oleh 13 juta orang, maka apa yang terjadi di Jakarta? Jalanan kembali menjadi

macet,” beber Anies Baswedan.

“Nanti pada saat kita duduk bersama untuk meneruskan menyiapkan lebih jauh lagi pengembangan sistem JakLingko kita.”

“Kita harus memikirkan bukan saja rasional secara pribadi kita, tapi rasional secara kolektif.”

“Karena begitu kita menyusun sistem secara kolektif, insyaallah semua teruntungkan, tetapi mekanismenya diatur bersama.”

“Itu yang saya harapkan nanti kita bisa wujudkan bersama lewat Organda,” papar Anies Baswedan.

Sementara, Pemprov DKI bertekad menaikkan pengguna angkutan umum di Ibu Kota hingga mencapai 30 persen pada 2022.
Saat ini, tingkat penggunaan angkutan umum di Jakarta hanya 22-23 persen.

Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo, seusai menghadiri Musyawarah Kerja Taksi dan Organda DKI Jakarta 2019 di Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/7/2019).

“Saat ini 77 persen menggunakan kendaraan pribadi, kita targetkan di 2022 itu bisa mencapai 30 persen,” ujar Syafrin.
Kondisi tersebut, menurut Syafrin, berbanding terbalik dibandingkan di era tahun 90-an.

Pada saat itu, 50 persen warga Ibu Kota menjadikan angkutan umum sebagai primadona.
Syafrin mengatakan, untuk mencapai target 30 persen penggunaan angkutan umum dalam tiga tahun ke depan, dibutuhkan rencana dan langkah strategis.

Baca Juga :  Grab Kembangkan Fitur Chat di GrabMerchant

“Yang harus dilakukan adalah integrasi secara menyeluruh, apakah itu terkait integrasi fisik, integrasi sistem pembayaran, dan yang paling penting integrasi pelayanan ataupun pola operasionalnya,” ujarnya.

Integrasi Sistem Transportasi

Integrasi yang tengah diupayakan pihaknya antara lain melalui program JakLingko.
Hal itu memungkinkan angkutan kota atau bus kecil dapat terkoneksi dengan layanan PT Transjakarta.
Dishub DKI juga tengah mengembangkan JakLingko agar jumlah armada serta rutenya menyentuh seluruh wilayah Ibu Kota.

PT Transjakarta diharapkan dapat merangkul seluruh operator angkutan umum.
Tidak hanya terbatas pada angkutan kota, tetapi juga bus sedang dan bus besar ke dalam layanan Jak Lingko.
Dengan begitu, pelayanan seluruh angkutan umum sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

“Selama ini layanannya adalah mereka kejar setoran, sopir ugal-ugalan.”
“Dengan pola Jak Lingko ini, semuanya harus memenuhi standar pelayanan minimum yang sudah ditetapkan.”
“Dishub mengukur dan menilai kemudian di dalamnya kontrak layanan dengan operator,” kata Syafrin.
Menjawab keluhan pengusaha angkutan kota terkait pengadaan armada, Syafrin mengaku akan memfasilitasi operator angkutan umum untuk mendapatkan pinjaman murah dari perbankan.

(tribunnews/tow)

Loading...