Umumkan PHK Besar-besaran, Saham Grab Langsung Anjlok

Foto: Grab (REUTERS/Anshuman Daga)

Grab Holdings dikabarkan akan kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran sejak pandemi Corona. PHK tersebut akan diumumkan segera pekan ini dan kemungkinan akan melampaui putaran PHK tahun 2020 yang diperkirakan mengurangi 360 karyawan atau setara 5%.

“PHK disebabkan atas dampak ekonomi dari pandemi,” tulis laporan Reuters, dikutip Selasa (20/6).

Di sisi lain, Grab juga menghadapi persaingan ketat di bisnis layanan pemesanan kendaraan (ride hailing) dan pengiriman makanan di wilayah AsiaTenggara.

“PHK disebabkan atas dampak ekonomi dari pandemi,” tulis laporan Reuters, dikutip Selasa (20/6).

Di sisi lain, Grab juga menghadapi persaingan ketat di bisnis layanan pemesanan kendaraan (ride hailing) dan pengiriman makanan di wilayah AsiaTenggara.

Menurut laporan keuangan tahunan 2022, Grab mempekerjakan sebanyak 11.934 karyawan. Grab beroperasi di delapan negara Asia Tenggara, termasuk Singapura, Indonesia, dan Thailand. Manajemen Grab menolak berkomentar lebih lanjut mengenai rencana PHK ini.

Mengemukanya kabar pemutusan hubungan kerja membuat kinerja saham Grab, perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa Nasdaq, ikut merosot.

Hari ini saham Grab turun 0,58% ke level US$ 3,42. Sedangkan, sejak awal tahun, sahamnya melemah 1,16%. Nilai kapitalisasi pasarnya menyusut menjadi sebesar US$ 13,29 miliar.

Sebelumnya, pada September tahun lalu, perusahaan menyebut tidak akan melakukan PHK di tengah kondisi pasar yang lemah. Namun, menurut CEO Grab pada Desember tahun lalu, PHK tetap tak bisa dibendung setelah perusahaan menghentikan sebagian besar perekrutan pegawai baru, pemangkasan gaji untuk manajer senior, dan memotong anggaran perjalanan dan pengeluaran lainnya.

Perusahaan tetap optimis terhadap kinerja keuangan, terutama dari sisi pendapatan tahun 2023 dan kian mendekati profitabilitas.

Merujuk pada laporan keuangan terakhir perusahaan pada kuartal pertama 2023, Grab mencatatkan pertumbuha pendapatan sebesar 130,26% menjadi US$ 525 juta. Meskipun, dari sisi bottom line masih merugi US$ 244 juta.

Namun, perusahaan mencatatkan pertumbuhan perolehan laba sebelum pajak, depresiasi dan amortisasi atau EBITDA 55% menjadi US$ 169 juta di tiga bulan pertama tahun ini.

(tow) Artikel ini telah tayang di katadata.co.id

Loading...