Pengeluaran Membengkak Karena Keseringan Naik Transportasi Online? Begini Menyiasatinya

Pengeluaran transportasi merupakan salah satu pengeluaran rutin bagi sebagian besar masyarakat. Pengeluaran ini tak bisa dihindari terutama bagi para pekerja yang setiap hari meninggalkan rumah untuk ke tempat kerja.

Pada dasarnya, masyarakat memiliki banyak pilihan untuk berangkat dan pulang dari tempat kerja. Bisa menggunakan kendaraan pribadi, berbagai macam kendaraan umum, maupun kombinasi keduanya. Untuk itu, masyarakat perlu cermat dalam memilih moda transportasi sehingga penggunaan anggarannya dapat optimal.

Perencana keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad menyarankan masyarakat sebaiknya sudah mengalokasikan anggaran transportasi di awal. Dengan demikian, masyarakat bisa menyesuaikan penggunaan moda jika memang anggarannya menipis di perjalanan.

“Apabila naik Gojek terus pengeluaran mahal. Pada saat titik tertentu setop naik Gojeknya agar anggaran tetap cukup. Pindah ke bawa motor atau pilih transportasi lain meskipun harus ada penyesuaian yang dilakukan. Jadi, bisa diatur,” ujar Tejasari kepada CNNIndonesia.com, Jumat (29/3).

Sebelum memilih moda transportasi yang akan rutin digunakan, masyarakat perlu menghitung perbandingan biaya yang dikeluarkan dari masing-masing alternatif. Jika memilih menggunakan kendaraan pribadi masyarakat perlu mempertimbangkan biaya bensin, parkir, dan perawatan. Begitu pun dengan kendaraan umum, perhatikan tarif dari masing-masing moda.

Baca Juga :  Tersangka Pembunuh Driver Ojol yang Juga Suami Siri Korban Meninggal di RS

Misalnya, seseorang yang tinggal di Lebak Bulus, Jakarta Selatan dan bekerja di Senayan, Jakarta Pusat dapat menggunakan kendaraan pribadi, ojek berbasis aplikasi daring (ojek online), bus, taksi, hingga Mass Rapid Transit (MRT). Biaya yang dikeluarkan dari masing-masing moda berbeda-beda. Karenanya, masyarakat perlu pastikan pengeluaran dari moda yang dipilih tidak lebih dari alokasi penghasilan.

Kendati demikian, lanjut Tejasari, faktor biaya tak melulu jadi pertimbangan utama dalam memilih moda transportasi. Masyarakat juga perlu mempertimbangkan faktor kenyamanan, ketersediaan moda, waktu tempuh perjalanan, dan lokasi kantor.

“Setelah kita tahu perbandingan secara angka, misalnya naik motor Rp300 ribu sebulan, MRT juga sama. Tetapi, MRT kelebihannya lebih cepat dan stasiunnya dekat dengan kantor tinggal jalan kaki, tidak perlu parkir. Keputusan untuk masing-masing orang berbeda-beda jadi pilih yang paling optimal,” ujarnya.

Baca Juga :  Aksi heroik Remaja dan Pengemudi Gojek Bantu Korban Banjir Kalsel

Senada dengan Tejasari, Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho menilai dalam mengatur biaya transportasi, masyarakat harus memilih yang sesuai dengan kondisi kerja, kemampuan finansial, dan efektivitas.

“Jadi, tidak sekedar hemat,” ujarnya.

Menurut Andi, moda transportasi bagi pekerja yang bekerja di belakang komputer dengan pekerja di bidang pemasaran tentu berbeda. Sejauh ini, moda paling efisien bagi pekerja yang sering berpindah tempat adalah motor. Jika tak ingin menanggung biaya parkir bisa memilih ojek online.

Sementara, moda transportasi massal lebih cocok untuk pekerja yang pola perjalanannya dari rumah ke kantor pulang pergi. Kemudian, arak tempuh antara rumah dan kantornya relatif jauh. Kelompok masyarakat ini juga bisa menggunakan taksi online asalkan kemampuan finansial mencukupi. Dengan taksi online, seseorang tidak perlu mengalokasikan biaya parkir dan perawatan.

Baca Juga :  Ribuan Driver Taksi Online Telah Berkumpul di Monas Tolak PM 108

Untuk masyarakat yang lebih senang menggunakan mobil pribadi karena alasan kenyamanan, pertimbangkan untuk mencari teman kantor yang rumahnya searah. Dengan demikian, biaya bensin, parkir dan tol bisa lebih ringan.

Idealnya, lanjut Andi, alokasi biaya transportasi jangan sampai mengakibatkan seseorang “puasa” makan. Bila sudah sampai kondisi demikian, Andi menyarankan untuk menurunkan standar kenyamanan.

“Jangan sampai demi bela-belain bisa nyaman ke kantor naik mobil atau taksi online, kita puasa makan atau makan seadanya banget,” ujarnya.

Kecermatan dalam memilih moda memungkinkan seseorang memiliki sisa dari anggaran transportasi yang tidak terpakai. Menurut perencana keuangan Eko Endarto, sisa anggaran tersebut bisa ditabung atau dikumpulkan untuk diinvestasikan ke depan.

“Kelebihan dana itu bisa untuk memperbaiki komposisi keuangan mereka. Misal, membentuk dana cadangan kalau belum ada atau menambah investasi,” pungkasnya.

(cnnindonesia/tow)

Loading...