Pendiri Grab: Persaingan dengan Go-Jek dan Uber Memberikan Banyak Pelajaran

Indonesia punya jumlah penduduk yang besar namun menghadapi masalah transportasi yang pelik. Di balik itu semua, justru berkah bagi perusahaan ridesharing  seperti Grab.

Pendiri Grab Tan Hooi Ling mengakui bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan masalah unik. Negara ini bagi dia telah mengajarkan Grab mengenai banyak hal, termasuk belajar dari kompetitor.

“Saya percaya bahwa kompetisi itu baik karena Anda belajar dari mereka seperti belajar dari konsumen juga. Dan saya rasa hal ini mutual secara natural. Namun yang paling penting adalah bahwa kami telah mempelajari dan mengeksekusi dengan cepat. Hasil dari itu sudah membuktikan. Kami tidak akan menjadi zero to hero dalam tiga tahun tanpa melakukan sesuatu berkali kali dan kami akan terus melakukannya,” kata dia kepada CNNIndonesia.com ketika disinggung mengenai persaingan bisnis.

Baca Juga: 84 Persen Warga Memakai Jasa Transportasi Online Karena Murah

Untuk menghadapi persaingan, Hooi Ling juga menjelaskan perusahaan memegang penuh prinsip untuk menjadi hyperlocal, mengambil keputusan, investasi dan mengeksekusi. Oleh karena itu, Grab membangun R&D di Jakarta dan tim regional di masing-masing negara.

“Jadi apapun yang kami pelajari dari Indonesia kami aplikasikan ke Vietnam, begitu juga sebaliknya dan negara lain. Ini adalah jaringan belajar konstan yang berkelanjutan. Jadi semakin cepat kami belajar, seberapa cepat kami menghadapi masalah,” sambung dia.

Belajar dari Kudo

Grab Indonesia mengumumkan telah mengakuisisi Kudo pada April 2017. Namun tak hanya sekedar melahap Kudo, perusahaan yang dipimpin Anthony Tan tersebut juga berniat belajar dari platform pengusaha tersebut.

Hooi Ling mengatakan Kudo sangat spesial bagi Grab karena beberapa alasan. Yang pertama adalah karena dalam pertemanan, sistem dan strategi keduanya punya banyak hal yang bisa dipelajari dari masing-masing.

“Mereka ingin belajar bagaimana kami menangani skala yang sangat besar. Kami ingin belajar bagaimana menggunakan sistem untuk menumbuhkan bisnis kami. 400 ribu agen di Indonesia lebih dari 55 kota,” terang dia.

Hooi Ling kemudian mengatakan bahwa dari Kudo mereka menemukan Grab untuk memikirkan model bisnis yg sama sekali baru. Dengan mempelajari hal tersebut, Grab juga melihat sistem agen untuk mengatasi masalah lebih cepat dengan teknologi.

Sementara itu, Kudo sendiri mempelajari teknologi dan sistem dari Grab. “Mereka juga belajar agar solusi yang mereka tawarkan relevan bagi masyarakat pedesaan juga,” tutupnya.

(CNN/tow)

Loading...