“Jangan dibiasain Pak, ini buat pejalan kaki, trotoar,” ujarnya ke seorang pengendara sepeda motor.
Setelah mendekat, pengendara itu adalah seorang pengendara ojek daring yang tengah membawa seorang penumpang perempuan. Pengemudi ojek daring itu adalah seorang perempuan saat ia membuka penutup wajahnya.
Berdasarkan helm yang digunakan penumpang, ibu tersebut kemungkinan sopir Grab. Tiba-tiba pengemudi itu langsung berbicara dengan nada yang tinggi. “Eh yang sopan, kamu (emang) petugas?” katanya.
Pejalan kaki yang memvideokan itu menjawab, “Ibu juga yang sopan, ini buat jalan kaki,” katanya.
Dengan menunjuk ke arah pejalan kaki, perempuan itu bertanya dengan suara yang keras. ”Kamu siapa?” tanyanya. Pejalan kaki menajawab, “Saya Alim namanya,” kata pejalan kaki itu.
Alim terlibat cekcok dengan pengendara perempuan itu. Pengendara dengan sepeda motor matik itu menanyakan wewenang Alim, ia bertanya apakah Alim petugas atau bukan. “Nggak ada petugas, saya pejalan kaki, pemakai trotoar,” jawab Alim.
Alim disebut gila dan stres oleh pengemudi ojek daring tersebut. Ia tidak terima ditegur, ia mengajarkan Alim cara menegur orang.
“Kalau negur orang itu hormat, yang sopan, Bu maaf ini salah, jangan datang-datang lu ngomel, bingung gue,” kata driver perempuan dengan tas selempang itu.
Alim mempertahankan argumennya bahwa ia tidak salah, tapi driver ojek online-lah yang salah. “Ini hak saya pejalan kaki, bukan buat motor,” jawab Alim.
Sambil berlalu pengemudi ojek online tersebut mengomel. “Orang gila kali ya, kayak polisi aja,” ujarnya.
Mereka kemudian saling menjauh. Selang beberapa saat, ia diteriaki oleh pengemudi ojek online tersebut. Hanya sempat berkata, “Apaan?” Alim langsung dipukuli dengan helm.
Alim menjauh, tetapi ia semakin dipukuli. Setelah menjauh dari kejaran pengemudi ojek daring yang tiba-tiba beringas tersebut, Alim masih memperingatkan beberapa pengendara yang menyerobot trotoar.
“Ini trotoar Pak, Mas, jangan kayak ibu-ibu tadi, meski macet gunakan jalan Pak, ini trotoar buat pejalan kaki,” kata Alim dalam video tersebut.
Ketua Koalisi Pejalan Kaki Alfred Sitorus menyayangkan kejadian yang terus berulang tersebut. Ia mengecam tindakan pengemudi ojek daring yang memukuli pejalan kaki.
“Ini helm kedua bagi pejalan kaki,” ujar Alfred.
Sebelumnya, pejalan kaki pernah juga dipukuli oleh dua orang pengendara sepeda motor di trotoar kawasan Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat. Dua pengendara sepeda motor itu memukulkan helmnya dan berteriak pada pejalan kaki.
“Berjalan kaki di trotoar artinya bertaruh nyawa,” kata Alfred.
Alfred bersama koalisi pejalan kaki lainnya masih berdiskusi untuk memutuskan apakah kejadian ini akan dilanjutkan ke proses hukum atau tidak. “Kami masih belum memutuskan, kami masih mengumpulkan keterangan korban,” kata Alfred.
(republika/tow)