Pada 12 Februari 2018 lalu, PT Astra International Tbk mengumumkan telah berinvestasi sebesar US$150 juta (sekitar Rp2 triliun) pada GO-JEK. Astra melakukan investasi ini setelah melihat masa depan menjanjikan dan kemungkinan kolaborasi di era digital bersama penyedia layanan on demandtersebut.
Presiden Direktur Astra International Prijono Sugiarto menilai ada benang merah yang bisa menjadi awal kolaborasi dengan GO-JEK. Salah satu bisnisnya, kata Prijono, merupakan penjualan kendaraan roda dua dan roda empat, termasuk ketersediaan bengkel resmi untuk perawatan kendaraan seperti Ahass Honda Motor.
Lini bisnis tersebut dinilai bisa bersinergi dengan GO-JEK. Apalagi, penyedia layanan on demand tersebut pada saat ini memiliki sekitar 600.000 mitra pengemudi sepeda motor dan 200.000 mitra pengemudi mobil.
Baca:
- Suntik Dana US$150 Juta ke Go-Jek, Ini Pertimbangan Astra
- Dapat Kucuran Dana dari Astra, Nadiem Pastikan Penggunaanya untuk Usaha Kecil Masyarakat
- Usai Diguyur Dana Segar dari Investor Asing dan Lokal , Go-Jek Dikabarkan Bersiap Jajal India
“Mayoritas dari mobil dan motor itu produk Astra. Kami menjual hampir 600.000 roda empat dan hampir 4,5 juta sepeda motor setiap tahunnya,” ujar Prijono. “Tapi kami harus menunggu kebutuhan dari GO-JEK untuk mobil dan motor.”
Meski begitu, Prijono menyatakan bahwa tujuan investasi pada GO-JEK bukan sekedar untuk menjual mobil dan motor. Ia kembali menegaskan bahwa pihaknya melihat masa depan menjanjikan di era digital yang dilakukan GO-JEK, serta berharap hal itu bisa dikolaborasikan dengan digitalisasi yang dilakukan Astra.
Prijono mengatakan dirinya berharap investasi ini bisa mendorong era digitalisasi di Astra berjalan lebih cepat. Namun untuk melihat hasil investasinya, menurutnya hal itu membutuhkan waktu dan tak bisa dipetik dalam jangka pendek.
Adapun sejauh ini, Astra juga sudah bergerak di bidang teknologi informasi melalui anak usahanya PT Astra Graphia Information Technology (AGIT). Perusahaan ini sudah meluncurkan platform layanan on demand bernama Mytra, yang saat ini sudah terdapat dua layanan di dalamnya yakni Mytra Guard dan Mytra Driver.
Masih godok model kolaborasi
CEO GO-JEK, Nadiem Makarim, tak menjelaskan secara rinci seperti apa model kolaborasi setelah menerima dana investasi. Menurutnya saat ini belum ada detail maupun model yang konkret terkait kolaborasi tersebut.
Saat ini, GO-JEK sudah menyediakan fasilitas cicilan dalam program Swadaya bagi para mitra pengemudinya. Dengan masuknya investasi Astra, Nadiem berharap bisa memberikan nilai tambah bagi mitra pengemudi GO-JEK terkait program tersebut.
Nadiem juga belum bisa menjelaskan inovasi apa yang nantinya akan dihadirkan GO-JEK setelah menerima dana investasi ini. Namun menurutnya inovasi itu tetap fokus untuk menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan penghasilan rakyat kecil di wilayah Indonesia.
“GO-JEK akan membuat platform di mana mereka bisa berkarya untuk mendapatkan income. Kami fokus menghubungkan mereka dengan kalangan middle upper class yang mampu membayar hasil nyata karya mereka,” ujar Nadiem.
(techinasia/tow)