Jadi Andalan, 96 Persen Pengguna Angkutan Umum Massal di Jabodetabek Pernah Gunakan Ojol

Pengemudi ojek online dengan penumpangnya melintas di Kawasan Stasiun Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (8/6/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengizinkan pengemudi ojek online beroperasi untuk mengangkut penumpang selama PSBB transisi dengan menerapkan protokol kesehatan. (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Sejumlah 96 persen pengguna angkutan umum massal di Jabodetabek pernah menggunakan layanan ojek online (ojol) sebagai angkutan pengumpan baik sebagai angkutan pertama (first mile) maupun angkutan terakhir (last mile) menuju tempat tujuan.

Peneliti Sekolah Bisnis Management ITB Yos Sunitiyoso mengatakan dari hasil surveinya pelaju komuter menggunakan berbagai macam layanan transportasi guna memenuhi kebutuhan perjalanan first mile dan last mile-nya.

“Dari jalan kaki mikrolet atau mikrotrans, ada juga kendaraan pribadi. Tapi yang cukup besar ada adalah pengguna transportasi daring dari yang berbasis sepeda motor maupun mobil. Mayoritas ojek daring,” paparnya, Rabu (5/8/2020) seperti dilansir dari bisnis.com.

Sebanyak 48 persen dari responden menggunakan layanan transportasi daring sebagai bagian multimodanya dan lebih dari 39 persen sebelum menggunakan kendaraan pribadi dan beralih menjadi pengguna transportasi online dalam menuju hub transportasi massal atau stasiun.

Baca Juga :  Lagos, Kota Metropolitan di Nigeria Bakal Melarang Ojek Daring Beroperasi

“Berbagai layanan digunakan oleh responden dari yang berbasis ojek online atau taksi online. Namun, sebanyak 96 persen sering menggunakan layanan ojol sebagai bagian perjalanan multimoda. Ini sebagai kemudahan akses dari dan ke stasiun keterjangkaun harga dan kenyaman melalui kemacetan,” katanya.

Adapun faktor keputusan yang memengaruhi pemilihan angkutan multimoda terdapat lima hal, yakni waktu perjalanan yang dapat diprediksi, kenyamanan moda transportasi, tarif, kemudahan melanjutkan transportasi daring, dan titik penjemputan yang jelas.

Kemudian, dia merekomendasikan kepada para operator dan regulator agar para operator baik angkutan massal maupun feeder seperti transportasi online mau berbagi informasi guna mendorong penumpang menggunakan transportasi massal.

Informasi tersebut dapat berupa halte atau stasiun terdekat, opsi transportasi umum yang murah, atau rute transportasi daring yang ada.

Baca Juga :  Pesan Walikota Jayapura: Masyarakat dan Driver Go-Jek Harus Bekerjasama

Kedua adalah kebijakan drop and ride yang mendorong pelaju menggunakan transportasi dari dan menuju stasiun. Kemudian, ketiga terkait integrasi sistem pembayaran.

“Terakhir perlunya adanya kebijakan infrastruktur sesuai seperti jalur khusus moda tidak bermotor di jalan umum dalam rangka untuk meningkatkan potensi kendaraan personal dan eksplorasi penyediaan fasilitas parkir di halte dan stasiun,” katanya.

(TOW)

Loading...