Go-Jek, Kuda Hitam Pendongkrak Keuangan di Era Digital

Kebutuhaan manusia dari hari ke hari terus berkembang dan meningkat. Kesulitan akan kebutuhan-kebutuhan tersebut pun menjadi masalah utama yang harus dihadapi. Sebuah paradigma masyarakat milenial menginginkan keefektifan dan keefisienan dalam melakukan pekerjaan.

Arus revolusi teknologi yang semakin canggih mendorong nafsu manusia mencapai tingkat kepuasan dalam menggunakan teknologi untuk memudahkan pekerjaannya. Sehingga hal tersebut menjadi pendobrak ekonomi, agar terus membuat inovasi-inovasi baru dalam sektor-sektor yang dibutuhkan.

Didorong dengan berkembangnya kecenderungan globalisasi di sektor finansial yang didukung oleh perkembangan teknologi, hal ini menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa jeda waktu dan batas wilayah. Kreasi-kreasi yang dilakukan, khususnya dalam bidang ekonomi seperti fintech (financial technology), semakin gencar ditingkatkan.

Perekonomian yang bersifat konvensional pun mulai ditinggalkan, kemudian tergantikan dengan perekonomian yang berbasis teknologi. Saat ini, persaingan bisnis yang sangat kompetitif memaksakan untuk selalu melakukan scale up produk. Upayanya yaitu dengan secara bertahap. Selanjutnya mengganti sistem yang dulunya “kuno” menjadi sistem yang bersifat praktis.

Salah satu terobosan yang cukup berhasil adalah pada produk transportasi. Transportasi yang dahulu menggunakan sistem konvensional, sekarang berkembang menjadi transportasi sistem online.

Transportasi online berkembang pesat di Indonesia, salah satu buktinya yaitu dengan munculnya beberapa produk berbasis aplikasi transportasi online. Di antaranya seperti Gojek, Grab, Uber, Topjek, Teknojek, Bangjek, Argo, dan masih banyak lagi. Tentunya masing-masing produk transportasi online tersebut memiliki keunikan tersendiri yang menjadi daya tarik konsumen.

Baca Juga :  Go-Jek Terus Mengerek Pendapatan Mitranya

Go-Jek menjadi produk transportasi online yang banyak diminati oleh para konsumen karena pelayanan dan fiturnya yang memuaskan. Sistem pembayarannya pun dapat menggunakan elektronik melalui go-pay. 

Sistem itu dinilai lebih praktis dan hemat. Antusiasme konsumen yang sangat kuat terhadap transportasi online ini berdampak besar pada stabilitas sistem keuangan di Indonesia.

Sehingga dapat dibayangkan betapa signifikan dampak kehadiran Gojek ini. Oleh karena itu, wajar jika produk fintech,terutama Gojek, menjadi kuda hitam Indonesia sebagai sarana pendobrak stabilitas keuangan di era digital.

Kuda hitam merupakan seseorang atau sekelompok orang. Namun, ia mempunyai kekuatan besar untuk tampil mengejutkan. Hal ini sama dengan layanan fintech Gojek, yang pada awalnya masyarakat meragukan bisnis Gojek ini. Lambat laun ojek online ini berpotensi kuat dalam kemajuan stabilitas keuangan.

Dengan kemajuan yang sangat signifikan pada fintech, ojek online mampu menghasilkan dorongan ekonomi yang kuat. Bisnis yang memiliki daya jual dan beli yang tinggi ini ikut membawa pengaruh pada stabilitas keuangan di Indonesia.

Baca Juga :  Puluhan Driver Online Bermalam di Kantor OJK Surabaya Menuntut Kejelasan Cicilan

Keberhasilan dari terkendalinya stabilitas keuangan ini tidak lepas dari adanya perbaikan dalam lembaga ekonomi. Salah satunya yaitu dari bisnis transportasi. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pihak Gojek menyumbangkan margin usahanya yang lumayan besar. Hal ini karena adanya perbaikan usaha sektor UMKM yang didorong oleh adanya Gofood.

Adanya Gojek ini mampu mengentaskan pengangguran serta dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, dengan faktor-faktor tersebut, secara otomatis perputaran roda keuangan di Indonesia semakin besar dengan perbandingan usaha yang pas. Sehingga nantinya upaya ini dapat menguntungkan negara untuk menurunkan inflasi rupiah.

Namun, kehadiran ojek online ini tidak dapat langsung dirasakan melainkan tanpa adanya scale-up produk, tingkat keberlangsungan yang lama dan banyaknya konsumen. Maka dengan itu nantinya laba yang diperoleh akan semakin besar dan sumbangan untuk negara pun akan lebih tinggi dari pada sebelumnya.

Di balik kesuksesan transportasi online tersebut, masih terdapat masalah stabilitas ekonomi yang harus dihadapi negara Indonesia. Adapun permasalahan yang harus dihadapi menurut Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo, 2018 menyebutkan bahwa ada tiga permasalahan struktural. Pertama, neraca perdagangan yang rentan. Kedua, infrastruktur dasar penopang industri yang belum mumpuni. Ketiga, melemahnya neraca jasa.

Baca Juga :  Ikut Padamkan Kebakaran, Ojek Online Ini Rela Matikan Aplikasi

Faktor lain yang menghambat pertumbuhan ekonomi ialah faktor neraca jasa, khususnya di bidang transportasi. Beliau mengatakan bahwa kegiatan ekspor dan impor di Indonesia saat ini masih menggunakan jasa transportasi bangsa asing. Hal itu menyebabkan defisit transaksi berjalan. 

Tak hanya itu, pendapatan pajak serta rasio pajak terhadap Produk Domestik Bruto yang kurang memuaskan. Sehingga ini menyebabkan pendapatan negara minim. Alhasil, neraca pendapatan juga mengalami defisit.

Untuk membantu masalah mengenai stabilitas ekonomi tersebut, Menteri Komunikasi dan Informatika memprediksi bahwa bisnis transportasi online, terutama Gojek, dapat menjadi semacam konsumer banking terbesar di Indonesia pada tahun 2030 mendatang. Prediksi ini melihat kesuksesan pembayaran nontunai yang dimilikinya.

Rudiantara mengatakan, sistem Go-Pay memiliki keunggulan berupa menganalisis kebiasaan dari konsumennya sendiri dengan melihat tujuan konsumen, seperti makanan kesukaan konsumen ataupun tujuan favorit dari konsumennya. Dengan mengetahui kebiasaan konsumen, maka perusahaan start up ini dapat mengkaji berbagai produk baru untuk dua tahun hingga tiga tahun mendatang, sesuai dengan kebutuhan dan keinginan dan konsumen.

(qureta.com/tow)

Loading...