Buntut pembekuan ojek online Go-Jek di Kota Salatiga menimbulkan reaksi dari netizen yang menganggap Pemkot terlalu gegabah dan hanya mendengar dari satu sisi saja. Pembekuan ini berlaku setelah ada desakan dari sopir angkot yang “geruduk” balaikota supaya melarang Go-Jek.
Alasan sopir angkot adalah Go-Jek mematikan pekerjaan mereka. Netizen melihat hal ini sebagai sesuatu yang berlebihan dan kesannya memihak pada satu kepentingan saja. Dapat dilihat di linimasa twitter yang ramai menyatakan kekecewaan pada Walikota Salatiga.
seriously, ini salatiga kemunduran ya?
kantor gojek di tutup karena demo supir angkot. pic.twitter.com/PO3crzGWah— G.J. (@pensiil) July 26, 2017
Baru aja Gojek…untung aja Grab sama Uber belum masuk Salatiga. Kalo gak mesti di demo meneh..So sad :'( https://t.co/nMjzH1zKmB
— Emy Manialoka (@emyManialoka) July 27, 2017
Selain prihatin dengan keadaan ini, netizen juga tidak segan langsung mention akun twitter Walikota Salatiga H Yulianto SE
kalau mengutip kalimat Bapak, “Angkutan umum di Sudah cukup.” tapi maaf Pak, cukup di sebelah mananya? @yuliyanto_7
— ғɪɴ. (@danieljahat) July 27, 2017
Keputusan membekukan Go-Jek ini dirasa sarat kepentingan yang kurang adil bagi warga Kota Salatiga. Negara harus hadir untuk permasalahan ini karena di semua Kota marak penolakan bukan dari masyarakat sebagai konsumen tapi dari yang merasa tersaingi. Apakah hal ini akan dibiarkan terus?
Suara masyarakat diluar yang berkepentingan menolak seharusnya didengar juga, suara masyarakat secara luas dan khususnya pemakai jasa transportasi. Demikian inti dari protes Netizen atas pembekuan Go-Jek di Kota Salatiga.
(tow)