Cerita Mantan Karyawan Pabrik Garmen, jadi Driver Ojol Harus Selalu Sabar

Abang ojol, Riyanto. (ilham)

Bekerja sebagai driver ojek online (ojol) di tengah pandemi virus corona atau Covid-19 merupakan satu-satunya pilihan Riyanto untuk menafkahi keluarga. Pemuda 39 tahun ini setiap hari mangkal menunggu orderan di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Riyanto mengaku sebelum bekerja sebagai ojol ia pernah bekerja sebagai karyawan pabrik garmen, namun mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

Sejak itu Riyanto langsung terjun sebagai ojol. Bahkan dari menarik ojol sebelum Covid-19, ia bisa mengantongi uang Rp300 hingga Rp450 ribu setiap hari. “Dulu jadi ojol enak, mas. Saingan sedikit penumpang banyak. Sehari bisa saya dapat Rp300 ribu hingga Rp440 ribu,” kata Riyanto, Sabtu (11/10/2020) seperti dilansir dari Poskota.co.id.

Baca Juga :  Asyik! Grab Jabar Ajak Mitranya Nobar Avengers

Riyanto menambahkan, kondisi saat ini berbalik jauh, jangankan dapat Rp100 ribu per hari, Rp50 ribu bersih sehari sudah luar biasa. “Saat ini paling dapat Rp80 ribu itu masih harus dipotong bensin, dan minum. Dapat segitu hasilnya masih kotor,” ujarnya.

Meski demikian, Riyanto tidak patah semangat karena baginya yang mengatur rejeki semua mahluk yang hidup di dunia adalah Tuhan YME. “Kita hanya berusaha dan berdoa, ya mas mencari rezeki, tapi yang menentukan Allah SWT. Jadi bersyukur saja,” pungkasnya.

Riyanto mengaku, menjadi driver ojol harus selalu sabar terutama kepada konsumennya. Jika terjadi pelayanan yang kurang bagus bagi konsumen maka akan berpengaruh juga terhadap performa ojol tersebut di mata perusahaan.

Baca Juga :  Waduh! Ojol Kendarai Motor Seperti Pembalap, Begini Penampakan Pizza yang Diantar

Menururnya, konsumen selalu benar, meski terkadang banyak salahnya. “Saya pernah dapat orderan beli barang di minimarket. Dari awal sudah komunikasi barang-batang yang dibeli. Agar lebih jelas barang saya foto sesuai permintaan. Begitu saya antar ke rumahnya ia langsung dibayar,” tukasnya.

Namun, beberapa menit konsumen itu melaporkan lewat chat di aplikasi ojol bahwa ia salah membeli barang. Kemudian Riyanto berusaha berkomunikasi dengan konsumen tersebut, namun tidak ditanggapi dan malah chatnya langsung diblok yang bersangkutan.

“Kalau ada laporan konsumen begini berpengaruh pada kitanya karena chat ini dilihat perusahaan,” ucapnya.

(TOW)

Loading...