Bukan Lifestyle, Sri Mulyani Tegaskan Belanja Online dan Gunakan Transportasi Online sebagai Kebutuhan

Ekonomi digital diyakini akan berkembang dengan pesat menimbang belanja dan transportasi online sudah menjadi kebutuhan masyarakat, bukan lagi sekadar lifestyle.

Dalam kurun waktu satu tahun sejak 2014 sampai 2015 ada peningkatan sebanyak 50 juta orang terlibat transaksi online. Data ini mengacu pada catatan Menkeu Sri Mulyani, sebanyak 20 juta orang pada 2014 dan lebih dari 70 juta orang pada 2015.

Meskipun jauh dari jumlah penduduk, namun Menkeu melihat ada perkembangan pesat. Dapat dianggap pula masyarakat semakin melirik belanja online dengan segala kemudahannya.

“Shopping melalui online menjadi sesuatu tidak hanya lifestyle tadi menjadi kebutuhan dan menyelesaikan masalah dari sisi keterbatasan waktu, fasilitas dan yang lain-lain,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, saat peringatan 71 Tahun Hari Oeang di Gedung Dhanapala Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (26/10/17).

Aplikasi transportasi online, Gojek, menjadi contoh yang dibawa Menkeu Sri Mulyani. Mulai dalam pemenuhan kebutuhan transportasi, pesan makanan dan minuman, pembelian pulsa dan tiket, hingga pijat.

Menurut Sri Mulyani tidak sadar masyarakat sekarang sangat bergantung dengan aplikasi belanja online tersebut.

Penggunaan aplikasi dan jumlah ponsel juga bisa menjadi gambaran individu tersebut masuk kedalam kategori gerenasi masa sekarang yang disebut milenial atau kategori generasi masa lalu. Terlepas dari penggunaan aplikasi belanja online oleh berbagai kalangan masyarakat.

“Kita lihat apakah Anda gaptek atau tidak bukan dilihat dari jumlah telepon yang dimiliki,” ungkap Menkeu Sri Mulyani.

Baca:

Generasi milenial, sejatinya memiliki tiga karakter sebut Sri Mulyani Indrawati. Pertama terkoneksi, kedua yaitu percaya diri dan ketiga adalah kreatif.

Menkeu juga menambahkan, Negara sebenarnya zolim kalau mau menerapkan peraturan yang menghilangkan tiga karakter tersebut.

“Itulah generasi 3C itu, connected, confident, dan dia kreatif, dan kalau dalam hal tiga ini kalau dia dikurung dengan regulasi yang menghilangkan 3C-nya yang merupakan power-nya dia maka negara itu sebenarnya menzolimi kalau mau melakukan pengaturan yang menghilangkan tiga karakter dari generasi muda itu,” terangnya.

(finansialku.com/tow)

Loading...