Begini Cara Driver Gojek Agar Tak jadi Korban Order Fiktif dan Penipuan

Gojek Terapkan Program J3K Pastikan Driver dan Pelanggan Aman dan Nyaman

Moh Rudi Krisbianto sudah tiga tahun menjadi driver Gojek. Tiga tahun ini pula dia sempat menerima order fiktif. Bentuk kejahatan rekaya sosial yang sering terjadi di Gojek.

Rudi mengaku hampir semua driver pernah mengalami order fiktif. Termasuk dirinya yang juga pernah mengalami hal serupa.

“Semua driver hampir pernah saya juga pernah. Biasanya pura pura order kemudian dia minta belikan pulsa suruh bayarin dulu atau suruh ngisi ini itu,” ujarnya, Senin (26/10/2020) seperti dilansir dari TIMES Indonesia.

Rudi mengakui jika selama 10 tahun Gojek berdiri, kejahatan rekayasa sosial ini masih terus terjadi. Namun soal intensitas diakuinya sudah jauh menurun.

“Kalau dulu awal awal Gojek banyak mas, ada telepon masuk ngaku orang kantor pusat mau memberi bonus ini itu. Kalau dulu banyak yang ketipu kalau sekarang sudah tidak banyak,” ucapnya.

Baca Juga :  Bantu Penumpang Melahirkan di Dalam Mobilnya, Driver GoCar Ini Dapat Penghargaan dari Gojek

Satu aktifitas yang menurut Rudi berhasil mengurangi angka order fiktif ini, salah satunya adalah kopdar yang rutin diselenggarakan Gojek.

“Kita punya grup kita punya komunitas dan dari Gojek sendiri minimal ada kopdar sebulan sekali, ada info terbaru yang bisa diambil,” sambungnya.

Kopdar Gojek bagi Rudi cukup efektif mengurangi kejahatan rekayasa sosial. Sebab pihak perusahaan selalu memberikan edukasi kepada driver tentang hal tersebut.

“10 tahun ini memang masalah ini belum bisa diberantas. Kuncinya pada edukasi driver dan ini selalu dilakukan aplikator saat kopdar,” ujarnya.

“Sebab info dari aplikator pasti membantu karena sudah disediakan bagaimana mengatasinya,” sambung Rudi.

Tak ingin ada driver lain menjadi korban kejahatan rekayasa sosial, Rudi membeberkan satu kunci yang pasti dalam order fiktif adalah customer yang selalu bertele-tele dalam memberikan order.

Baca Juga :  Utamakan Kesetaraan Gender, Gojek Gelar Diskusi Closing the 100-Year Gap

“Ciri ciri order fiktif itu pertama customer bisa dichat tapi ditelepon tidak diangkat. Kemudian saat konfirmasi detail, alamat detail gak jelas perumahan misal blok apa tidak ada. Biasanya asal alamat umum atau mengirim ke hotel, hingga kita sampai hotel bingung,” paparnya.

Upaya Gojek Jaga Keamanan Pengguna

Gojek memastikan bahwa prioritas mereka adalah menjaga keamanan dan keselamatan pelanggan maupun mitra. Ada tiga hal yang mereka lakukan. Edukasi, teknologi dan proteksi.

Co-CEO Gojek, Kevin Aluwi menyatakan untuk pilar edukasi, Gojek menjalin kerjasama dengan Kemenkominfo RI dan CfDS UGM untuk meningkatkan literasi digital masyarakat Indonesia.

Inovasi dilakukan Gojek dengan edukasi dan literasi digital kepada pengguna, mitra dan masyarakat dengan menggunakan konten yang mudah dipahami.

Baca Juga :  Pengemudi Ojol Diminta Tetap Mejaga Kebersihan dan kesehatan

Semua kanal distribusi seperti aplikasi Gojek, media sosial hingga forum kopdar mitra Gojek dimanfaatkan agar upaya edukasi dan literasi digital tersebut semakin menjangkau banyak orang.

Di sisi teknologi, ada Gojek SHIELD untuk mencegah dan menindak setiap perilaku yang mencurigakan yang terjadi melalui platform Gojek.

“Gojek SHIELD berusaha memastikan keamanan dari sebelum memulai perjalanan, selama perjalanan, dan pada saat darurat,” ujar Kevin.

Terakhir, untuk pilar proteksi. Gojek menjalankan program pelatihan kepada mitra driver sehingga bisa menjadi pelopor keselamatan. Pelatihan-pelatihan itu antara lain pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), pelatihan anti-kekerasan seksual, serta keselamatan berkendara.

(TOW)

Loading...