Akibat Phantom Bookings Grab, Puluhan Ribu Driver Rugi

Masalah order fiktif alias phantom bookings menjadi momok bagi perusahaan aplikasi transportasi online. Di Filipina, CEO Micab System Corp (Micab) Eddie Ybañez menyatakan Grab Filipina telah melakukan order fiktif, dimana sejak Juni-Juli 2018, order fiktif yang dialami mitra pengemudinya mencapai 29 ribu kasus.

Seperti dikutip dari TechinAsia, Ybañez mengatakan, banyak mitra pengemudinya terpaksa merugi membatalkan pesanan (order) yang diterimanya karena tidak ada yang bisa dijemput di lokasi penjemputan.

Anehnya, kata dia, beberapa menit kemudian pengemudi dimaksud menerima undangan dari Grab untuk mengikuti program orientasi dari Grab. Kejadian hampir sama terjadi ke sejumlah pengemudi Micab yang menjadi korban order fiktif.

“Kami menerima lebih dari beberapa ratus laporan yang menyebut Grab membujuk pengemudi kami menghadiri orientasi pengemudi mereka. Ini bukti terkuat yang menunjukkan mereka sebagai biang keladi order fiktif,” tegas Ybañez seperti dikutip BusinessWorld.

Pelaku yang menawarkan orientasi mitra pengemudi itu, menurutnya, menghubungi langsung ke nomor telepon pengemudi yang terdaftar di Micab. “Bisa dipastikan, nomor itu pasti sulit diperoleh dengan cara lain,” terusnya.

Baca Juga :  Agar Tak Terulang, Lokasi Ojol dan Penumpangnya Terperosok Harus Segera Diperbaiki

Maka dilakukan penelusuran. Hasilnya, Ybañez mengaku mengantongi data yang menunjukkan nomor SIM Card yang digunakan pelaku untuk melakukan order fiktif juga berurutan. Kesimpulannya, pelaku membeli nomornya secara bersamaan (batches) dalam sekali beli (single entity).

“Pengemudi kami menjadi tidak tertarik untuk menerima pesanan karena takut pesanan itu adalah order fiktif,” ucapnya. Order fiktif itu membuat mitra pengemudi Micab mengalami kerugian serius. Ybañez mengatakan, selain membuang-buang waktu dan bensin, order fiktif yang diterima pengemudi seringkali mengarah ke lokasi terpencil.

Owto, layanan transportasi online milik iPARA Technologies and Solutions Inc. juga mengalami “serangan” yang sama. Kepala eksekutif Owto, Joel M. Gayod, mengatakan sejak mulai beroperasi pada Mei 2018, mitra perusahaannya menerima sampai 50 ribu pesanan palsu.

Selain di Filipina, hal sama terjadi di Singapura. Perusahaan aplikator asal Singapura, RYDE Technologies (RYDE) melaporkan Grab Singapura ke polisi. Membawa bukti soal maraknya order fiktif yang merugikan para mitra pengemudi yang diduga dilakukan oleh aplikator asal Malaysia itu.

Baca Juga :  Bicara Disrupsi Teknologi, BPPT Jadikan Go-Jek sebagai Contoh

Marketing-Interactive, Jumat (27/7), mengutip laporan dari The Straits Times yang menceritakan pada pertengahan Mei 2018, RYDE menerima laporan dalam jumlah besar dari para mitra pengemudi terkait order fiktif. Kasus serupa meningkat hingga enam pekan berikutnya mencapai 300 akun palsu dan 2.000 order fiktif yang terjadi. Laporan tersebut juga terdapat di situs resmi RYDE.

Hasil penyelidikan RYDE terkait akun palsu dan order fiktif berupa bukti digital yang mengarah ke alamat IP 119.73.221.76, 128.199.213.100 dan 49.213.16.0 sebagai sumber pembuatan akun-akun palsu dimaksud. 

Bukti digital itu ternyata menunjukkan bahwa mayoritas dari akun palsu dan dan order fiktif itu berasal dari lokasi di Midview City1 dan The Herencia2. Alamat dimaksud rupanya lokasi Grab dan Uber yang sudah tidak beroperasi di Singapura.

Atas bukti kuat itu, RYDE punya dasar melaporkan ke pihak kepolisian. Sebab, menurut Wu, manipulasi aplikasi tersebut telah menyebabkan kerugian para mitra pengemudi karena mata pencaharian mereka terkena dampak negatif.

Baca Juga :  Kenaikan Tarif Ojek Online Masih Simpang Siur, Driver Go-Jek: Alhamdulillah Jauh lebih Baik dari Grab

Selain melapor ke polisi, RYDE juga menyampaikan hal sama kepada otoritas terkait yaitu Competition and Consumer Commission of Singapore (CCCS) dan National Private Hire Vehicles Association (NPHVA) and Land Transport Authority (LTA).

The Firm’s Operations and Community Engagement Head RYDE, Shaun Wu, menyebut tindakan order fiktir itu telah menyebabkan gangguan pada pengemudi dan mengakibatkan hilangnya pendapatan yang ditanggung oleh para mitra. 

Adapun kerugian yang ditanggung mitra mencapai lebih dari SGD50.000. Jika menggunakan kurs Rp10.454 per SGD maka kerugian RYDE setara Rp520 juta dalam enam pekan.

“Sebagai langkah sementara, RYDE telah melakukan audit pengguna untuk menghilangkan akun palsu dan juga memberi tahu pengemudi untuk melaporkan insiden tersebut jika terjadi lagi,” ucap Wu.

Selain menyebabkan pengemudi kehilangan uang untuk bahan bakar, menurut RYDE, tindakan itu membuat ketersediaan driver untuk mengambil lebih banyak pekerjaan jadi terbatasi.

(sindonews/tow)

Loading...