Waduh! Ratusan Karyawan Shopee Indonesia Mendadak jadi Pengangguran

Suasana kantor Shopee Singapura. Foto: Shopee

Transonlinewatch.com – Badai PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) di sektor startup ternyata belum usai. Kini giliran Shopee Indonesia memangkas jumlah karyawannya. Head of Public Affairs Shopee Indonesia, Radynal Nataprawira, menjelaskan kondisi 2023 yang penuh ketidakpastian membuat pihaknya harus melakukan efisiensi.

Situasi geopolitik seperti perang Rusia-Ukraina, serta tekanan inflasi dan munculnya risiko resesi, adalah hal-hal yang melatarbelakangi keputusan Shopee Indonesia mem-PHK sejumlah karyawan mereka.

“Kondisi ekonomi global menuntut kami untuk lebih cepat beradaptasi serta mengevaluasi prioritas bisnis agar bisa menjadi lebih efisien. Ini merupakan sebuah keputusan yang sangat sulit,” kata Radynal melalui pesan tertulis, Senin (19/9).

Radynal tidak mengungkapkan jumlah karyawan yang di-PHK. Tapi informasi yang diperoleh kumparan, menyebutkan PHK dialami 3 persen dari total karyawan Shopee Indonesia. Per kuartal I 2022, jumlah karyawan Shopee Indonesia tercatat sebanyak 6.232 orang, itu artinya ada 180-an yang kena PHK.

Sumber kumparan juga menyebutkan, karyawan yang terkena PHK berasal dari beragam tingkatan. Mulai dari head of department atau director, senior manager, hingga posisi-posisi entry level atau junior staff.

Pemanggilan karyawan yang terkena PHK dilakukan mulai pukul 10.00 WIB hari ini. Radynal memastikan, perusahaan memberikan pesangon dan kompensasi sesuai peraturan ketenagakerjaan yang berlaku. Bahkan, Shopee Indonesia masih memberikan tambahan 1 bulan gaji.

“Selain itu, karyawan yang terkena PHK juga masih bisa menggunakan fasilitas asuransi kesehatan hingga akhir tahun nanti,” imbuhnya.

Menurut Radynal, pengurangan karyawan merupakan strategi efisiensi untuk menghadapi ketidakpastian di 2023 tersebut. Kondisi tidak pasti itu, menurutnya membuat pendanaan bagi startup teknologi semakin ketat. Investor tak mudah lagi menggelontorkan pendanaan tanpa prospek laba.

Menyusul situasi ekonomi yang tertekan oleh pandemi, investor memang tidak lagi melihat valuasi sebuah startup semata-mata dari jumlah user, Gross Merchant Value (GMV) atau nilai transaksi, growth transaksi dan user, tetapi sudah menuntut profit margin.

Pada masa pandemi COVID-19 dua tahun terakhir, Shopee Indonesia banyak melakukan pengembangan organisasi dengan membentuk unit-unit riset baru. Tapi kemudian unit-unit riset tersebut dirasakan tidak cukup efektif output dan pekerjaannya.

(tow) Artikel ini telah tayang di kumparan.com

Loading...