Kehabisan Bensin di Tengah Jalan, Pria Ini Dibantu Driver Go-Jek

Sepeda motor saya tiba-tiba mati di bundaran Raden intan Hajimena Bandar Lampung. Saya lihat indikator: bensin habis. Lupa ngisi. Kurang dari sepuluh detik, seorang pria berseragam gojek menghampiri.

“Saya bantu setut aja ke SPBU,” katanya menawarkan pertolongan.

“Berapa?”

“Sudah gausah dipikirin,” ujar dia renyah.

Kaki kanannya pun segera menginjak sedal kiri motor saya. Atau istilahnya setut.

Setiba di SPBU yang berjarak 1,5 kilometer, saya sodorkan uang. Tanda terima kasih.

“Sudah mas gausah,”

Saya terus memaksa memberi. Saya pikir basa-basi saja.
Ternyata dia serius. Dia menolak. Saya pun mengucapkan banyak terimakasih dan mendoakannya.

Bayangkan jika saya harus mendorong. Saat puasa begini tentu sangat melelahkan dan menguras emosi.

Baca Juga :  Sosialisasi Protokol Kesehatan, Polresta Palangka Raya Rangkul Komunitas Ojol

Saya kemudian merenung: peristiwa ini merupakan pertolongan Tuhan yang hadir lewat driver gojek. Tuhan hadir di saat yang tidak terduga.

“Bagaimana bisa Tuhan bisa terhalang sesuatu, Padahal Tuhan-lah yang menjadikan segala sesuatu nampak.” (Al-Hikam)

Banyak tindakan yang tampak nya sangat duniawi, tetapi justru Tuhan menampakkan diri Nya. Sikap menolong tanpa pamrih si driver gojek itu menunjukkan nilai spiritual yang tinggi.

Meski pekerjaannya sepertinya bernuansa dunia, tetapi belum tentu dia kurang “spiritual” dibandingkan orang lain yang setiap harinya berlumuran dengan ibadah.

Dan sebaliknya, mereka yang setiap hari rajin ke tempat ibadah, terkadang kering spiritual. Rajin menghujat, menghasut dan bahkan mengancam manusia lainnya sambil bertakbir.

Baca Juga :  Usia Kendaraan Tua Jadi Penyebab Perkembangan Taksi Online di Cilacap Lamban

Sikap ikhsan belum terpancar dari ritual keagamaan nya. Mereka terjebak dalam syareat keagamaan yang memabukkan.

Hal yang hampir sama saya rasakan saat beberapa hari lalu. Motor saya mogok di depan Minimarket Fitrinofan Hajimena. Azan magrib berkumandang. Saatnya orang berbuka.

Saya pun pesan grab bike, dengan harapan bisa dibantu setut (motor didorong pakai kaki). Tapi apa ya ada, saat berbuka seperti ini driver yang aktif. Kalau pun aktif, apa ya mau.

Alhamdulillah, tak begitu lama driver grab datang. Dan bersedia membantu. Saya pun lebihkan dari ongkos normal, sebagai tanda terima kasih.

“Ayo mas, mampir. Buka puasa dulu,”

Sayangnya ajakan itu ditolaknya. Sepertinya dia sedang mengejar tupo (tutup poin, alias bonus).

Baca Juga :  Duh! Driver Taksi Online ini Rampok dan Sekap Penumpangnya

Terimakasih para driver gojek grab bike. Kalian telah menjelma menjadi malaikat.

(teraslampung/tow)

Loading...