JD.ID Resmi Tutup Layanan Logistik JDL Express Indonesia

Foto: Pradita Utama

JD.ID resmi menutup atau menonaktifkan layanan logistiknya, JDL Express Indonesia per 22 Januari 2023 kemarin. Pada Desember 2022, JD.ID baru saja melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya.

JDL Express tutup per 22 Januari, apabila ada konsumen yang mengalami kendala terkait pengiriman paket bisa menghubungi customer service. Ditutupnya JDL Express dilakukan setelah muncul kabar terkait rencana JD.com menutup bisnis e-commerce di Indonesia dan Thailand.

Berikut 4 Fakta JDL Express Tutup:

1. Tutup JDL Express Indonesia

JD.ID menyampaikan melalui situs resminya bahwa layanan logistik JDL Express Indonesia resmi dinonaktifkan per 22 Januari 2023.

“Layanan JDL Express Indonesia nonaktif per tanggal 22 Januari 2023. Apabila terdapat kendala dengan pengiriman paketmu, silakan hubungi Customer Experience kami,” tulis pertanyaan JDL Express Indonesia, dikutip Senin (23/1/2023).

2. Alasan Penonaktifan JDL Express Indonesia

Dilansir Tech in Asia, Senin (23/1/2023), penghentian operasional JDL Express Indonesia dilakukan setelah muncul kabar terkait rencana JD.com menutup bisnis e-commerce di Indonesia dan Thailand pada kuartal I 2023. JD.com diduga tengah mencari investor baru untuk membeli bisnis tersebut lantaran mengalami kerugian di pasar Indonesia dan Thailand.

Perusahaan ini juga telah berhenti menerima pendaftaran pengguna baru sejak 1 Januari lalu. JDL Express Indonesia telah berdiri sejak tahun 2015. Perusahaan ini memiliki 11 gudang dan lebih dari 250 titik pengiriman serta 3.000 kurir.
3. Sempat Lakukan PHK

Pada 2022, JD.ID sempat melakukan PHK sebanyak dua kali yaitu pada Mei dan Desember. Pada bulan Mei 2022, JD.ID melakukan PHK terhadap sejumlah karyawan sebagai upaya improvisasi perusahaan agar JD.ID dapat terus beradaptasi dan selaras dengan dinamika pasar dan tren industri di Indonesia.

“JD.ID juga melakukan pengambilan keputusan seperti tindakan restrukturisasi, yang mana di dalamnya terdapat juga pengurangan jumlah karyawan,” kata Director of General Management JD.ID Jenie Simon dalam keterangannya tertulisnya, dikutip Jumat (27/5/2022) silam.

Walau demikian, Jenie mengungkapkan hak-hak karyawan yang terkena PHK akan diberikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. “JD.ID akan patuh dan tunduk terhadap regulasi ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan pemerintah, dan akan memperlakukan dan memberikan hak karyawan, sebagaimana diatur dalam regulasi tersebut,” kata Jenie.

Sementara pada Desember 2022, JD.ID melakukan PHK terhadap 30% karyawan atau sekitar 200-an orang. Head of Corporate Communication & Public Affairs JD.ID Setya Yudha Indrawarsa menjelaskan bahwa langkah PHK ini dilakukan sebagai langkah adaptasi perusahaan. Selain itu juga untuk menjawab tantangan perubahan bisnis yang begitu cepat berubah.

“Salah satu langkah yang diambil manajemen adalah melakukan perampingan agar perusahaan dapat terus bergerak menyesuaikan dengan perubahan,” kata dia kepada detikcom, Rabu (14/12/2022) lalu.

Dia memastikan perusahaan berkomitmen untuk terus mendukung pegawai yang terkena PHK dengan memberikan manfaat asuransi dan hak-hak lainnya.

“Dengan tetap memberikan manfaat asuransi serta memberikan dukungan berupa talent promoting, serta hak-hak lain yang sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku,” ujarnya.

4. Pemilik JD.ID

JD.ID pertama kali beroperasi di Indonesia pada November 2015.JD.ID merupakan perusahaan joint venture dari JD.com, raksasa e-commerce terbesar asal China, bersama dengan perusahaan Singapura, Provident Capital Partners.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Provident bukan nama baru di industri private equity atau perusahaan investasi. Di Indonesia, Provident Capital memiliki beberapa portofolio investasi. Portofolio Provident Capital di Indonesia termasuk Tower Bersama Group, Merdeka Copper Gold, Provident Agro,JD.ID, dan Provident Biofuels.

Sebanyak tiga perusahaan yang disebut pertama ini adalah emiten di Bursa Efek Indonesia dan masuk grup Saratoga, yang didirikan Edwin Soeryadjaja dan Sandiaga S. Uno. Provident Capital juga terlibat dalam pendanaan fase pertama dari putaran pendanaan Seri F Gojek yang dipimpin oleh Google, JD.com, dan Tencent, serta beberapa investor lainnya termasuk Mitsubishi Corporation pada 2019 lalu.

Adapun sosok di belakang Provident ini ialah Winato Kartono, yang kini menjabat Komisaris Utama Provident Agro sejak 2012. Winato adalah pemegang saham utama PT Provident Capital Indonesia yang sejak awal mula adalah pemilik utama Provident. Selain itu, Winato diketahui juga menjabat sebagai komisaris pada anak-anak usaha Provident dan komisaris Tower Bersama Infrastructure.

Winato pada 2013 sempat masuk 50 orang terkaya di Indonesia (urutan 46) versi Forbes dengan kekayaan sekitar US$ 590 juta. Sementara itu, pendiri JD.com adalah Liu Qiangdong atau biasa dikenal dengan Richard Liu.

Dikutip dari situs resmi JD.ID, Liu merupakan Sarjana lulusan Universitas Renmin di Beijing. Kala itu ia mengambil jurusan sosiologi sembari mempelajari pemrograman komputer secara otodidak. Selain itu, ia juga memperoleh gelar EMBA dari Chinese Europe International Business School.

Setelah lulus, ia sempat bekerja di sebuah perusahaan produsen suplemen herbal bernama Japan Life. Selama dua tahun berkarir di perusahaan tersebut, Liu memperoleh jabatan sebagai Direktur Komputer dan Layanan. Namun, ia keluar dari perusahaan tersebut untuk memulai bisnisnya sendiri.

Liu mendirikan JD.com pada 1998 dengan nama Jingdong. Pada awalnya, bisnis usaha yang dilakukan adalah menjual mesin penggerak magneto-optical. Jingdong memiliki toko fisik dengan bangunan seluas 4 meter persegi di salah satu pusat perbelanjaan produk teknologi di Beijing, Zhongguancun.

Setelah lima tahun beroperasi, bisnis Liu mengalami lompatan besar pada tahun 2003. Ia bahkan memiliki 12 toko fisik pada saat itu. Namun, pada tahun yang sama terjadi pandemi SARS di China yang mempengaruhi bisnisnya.

Meski demikian, ia tak kehabisan akal untuk mencari solusi yang tak hanya menyelamatkan bisnisnya, tetapi juga menyediakan pelayanan baru yang membantu masyarakat China untuk dapat berbelanja dari rumahnya masing-masing. Pandemi tersebut membuat Liu mengubah bisnisnya menjadi bisnis online di dunia e-commerce. Pada 2004, Jingdong berubah menjadi JD.com dan pada 2005, Liu menutup semua tokonya untuk fokus pada bisnis e-commerce-nya.

Dengan kesuksesan JD.com yang cepat, Liu memperluas perusahaan dengan menawarkan berbagai produk, seperti produk segar, mainan, pakaian, elektronik, dan lainnya.

Itulah fakta-fakta terkait JD.ID yang baru menutup layanan JDL Express Indonesia.

(tow) Artikel ini telah tayang di detik.com

Loading...