IPO GoTo Terus Dinanti Pelaku Pasar

GoTo

Rencana GoTo, perusahaan hasil merger Gojek dan Tokopedia untuk melangsungkan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) terus dinanti pelaku pasar.

Meskipun demikian, hingga kini belum ada informasi yang diungkapkan manajemen GoTo mengenai target kisaran dana yang akan dihimpun dalam IPO yang rencananya akan digelar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan satu bursa global ini (dual listing).

Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger M.M mengungkapkan, rencana IPO GoTo menjadi katalis positif bagi keyakinan calon perusahaan yang akan melantai di bursa dan termasuk yang ditunggu-tunggu oleh investor.

Mirae Asset, kata dia, saat ini masih menghitung potensi saham yang akan dilepas kepada publik melalui IPO tersebut.

Berdasarkan perkiraan Mirae Asset, valuasi perusahaan Gojek dan Tokopedia setelah merger dengan Tokopedia sekitar Rp 170 triliun. Jika target dana yang dihimpun dalam IPO sebesar 10% saja dari valuasi keduanya, nilainya mencapai Rp 17 triliun.

Kita tinggal menebak apakah nilai itu bisa diserap ritel. Rencana IPO GoTo cukup menjadi sentimen positif di market karena perusahaan teknologi sebesar itu mau IPO di market kita,” ujar Roger, dikutip Senin (7/6/2021).

Baca Juga :  Gojek Bantu Korban Usut Penipuan Rp28 Juta Berbasis Social Engineering di Papua

Secara terpisah, Chief Executive Officer ‎PT Elkoranvidi Indonesia Investama, Fendi Susiyanto mengungkapkan, jika IPO ini terealisir menjadi jawaban penawaran umum perdana saham dengan jumlah emisi jumbo setelah PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang menghimpun dana Rp 12 triliun pada 2008 lalu.

GoTo IPO tentu saja akan menarik sekali para investor, investor sudah kehausan IPO gede, tidak banyak yang besar-besar IPO, ini fenomena,” kata Fendi, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia, Rabu (19/5/2021).

Fendi menilai, opsi pencatatan saham dual listing di Indonesia dan bursa saham Amerika Serikat bisa menjadi opsi agar serapan IPO tersebut lebih maksimal. Hal ini juga dilakukan perusahaan teknologi besar yang melangsungkan IPO di dua bursa sekaligus.

Mekanisme IPO ini akan meningkatkan kredibilitas bursa kita, daya tarik investor domestik dan internasional. Kita melihat appetite cukup besar,” ujarnya.

Baca Juga :  Dagangan Ibunya Sepi, Si Anak Lakukan Aksi Mengharukan, Menuai Pujian Netizen

Fendi juga menilai, bukan tak mungkin venture capital juga akan ikut menyerap IPO saham GoTo. Hal ini mengingat proyeksi pertumbuhan bisnis ekonomi digital di Indonesia masih berpeluang tumbuh ke depannya.

Mereka tampaknya akan siap juga masuk ke ekuitas lewat IPO publik ini dan ini akan memudakan IPO dan menarik institusi lainnya juga melihat ini perusahan baru yang punya eksostem digital besar, payment digital, e-commerce, mereka calon investor tentu akan concern melakukan investsi,” imbuh Fendi.

Belajar dari IPO UBER di AS

Analis Mirae Asset Sekuritas, M. Nafan Aji Gusta Utama berpendapat, IPO perusahaan big tech company seperti Gojek, di Indonesia memiliki prospek yang cukup positif ke depannya seiring dengan pangsa pasar yang cukup besar, terlebih lagi setelah adanya penggabungan Gojek dengan Tokopedia.

Semestinya prospektif mengingat pangsa pasar masih bagus, investor bisa melihat dari sisi valuasi, potensi pembagian dividen dan potensi kinerja perusahaan,” kata Nafan kepada CNBC Indonesia.

Baca Juga :  Jaman Susah Masih Ada Orang Tega Bikin Order Fiktif, Rugikan Driver Ojol Hingga Ratusan Ribu

Namun, jika rencana ini terealisasi, Gojek, kata Nafan juga harus belajar dari perusahaan yang lebih dulu listing di bursa Wall Street seperti UBER dan Lyft, sahamnya jatuh setelah IPO. Hal ini, karena valuasinya sudah mahal, dan mereka belum bisa menjanjikan keuntungan dari kinerja operasionalnya.

Lebih lanjut, Fendi, mantan Head of Research & Strategic Supporting Services BNI Sekuritas, juga menilai, bukan tak mungkin sejumlah modal ventura yang menjadi investor GoTo selama ini juga akan ikut menyerap IPO saham GoTo lewat pembelian ekuitas atau saham publik.

Hal ini mengingat proyeksi pertumbuhan bisnis ekonomi digital di Indonesia masih berpeluang tumbuh ke depannya.

Mereka tampaknya akan siap juga masuk ke ekuitas lewat IPO publik ini dan ini akan memudakan IPO dan menarik institusi lainnya juga melihat ini perusahaan baru yang punya ekosistem digital besar, payment digital, e-commerce, mereka calon investor tentu akan concern melakukan investasi,” imbuh Fendi.

(TOW)

Artikel ini telah tayang di CNBC Indonesia

Loading...