Go-Jek Turunkan Tarif, Simak Penjelasan Nadiem Berikut

Kebijakan baru manajemen Gojek berupa penurunan tarif per kilometer menjadi Rp1.200 dari sebelumnya Rp3.000-Rp4.000 per kilometer, menuai protes dari mitra pengemudi. Akibatnya, sebagai bentuk protes, mitra pengemudi pun melakukan aksi tidak menjemput pelanggan atau konsumen.

Penurunan tarif per kilometer yang drastis itu menggerus pendapatan mitra pengemudi dan konsumen pun merugi. Sejak awal kemunculan, bisnis transportasi online besutan Gojek yaitu Go-Ride menjadi bisnis ‘bakar uang’. Tahun 2014 misalnya, Gojek memasang tarif flat Rp10.000 untuk konsumen berbagai tujuan asal tidak melebihi 25 kilometer.

Konsumen pun ramai-ramai menjadi pengguna sampai kemudian memiliki ketergantungan untuk selalu menggunakan aplikasi ojek online ini. Pada Juni 2018, tarif per kilometer yang ditetapkan Gojek lebih tinggi dibanding pesaing, Grab. Gojek menetapkan tarif Rp2.200- Rp3.200 per kilometer, sedangkan Grab memasang tarif Rp2.200 per kilometer.


Dengan tarif baru sebesar Rp1.200 per kilometer, tarif Gojek menjadi yang termurah dibanding pesaing satu-satunya tersebut.

Baca Juga :  Kisah Dodi Sandra, Mantan Driver Gojek Kini Miliki 3 Outlet Makanan

Nadiem Makarim, CEO Gojek bilang, “Kami melihat sangat banyak transaksi online ke offline untuk semua bisnis kami dan hampir menguntungkan, di luar transportasi,” ujar Nadim melansir Reuters.

Nadiem berharap aplikasi Gojek bisa menghasilkan keuntungan sepenuhnya, kemungkinan dalam beberapa tahun ke depan. Menurut Nadim, penyumbang keuntungan bagi Gojek berasal dari layanan pesan antar makanan atau Go-Food. Ia bahkan menilai layanan pengiriman makanan sebagai bisnis inti dari Go-Jek dan bukan transportasi online Go-Ride.

“Go-Food sudah menjadi layanan food delivery [antaran makanan] terbesar di dunia, sudah lebih besar dari yang di India bahkan,” ungkap Nadim.

Go-Food saat ini memiliki 150 ribu merchant di seluruh Indonesia dan menjadi satu dari empat besar layanan di ekosistem Go-Jek. Nadim menilai bisnis makanan memiliki masa depan yang cerah bagi UMKM di Indonesia. Sebab, orang Indonesia memiliki kebiasaan makan di segala suasana. Oleh karena itu, Go-Food menjadi salah satu pilar penting perkembangan bisnis Go-Jek selain Go-Send.

Baca Juga :  Dishub Kota Mojokerto Semprotkan Disinfektan ke Ojek Online dan Taksi Online

(tirto/tow)

Loading...