Cerita Driver Ojek Online Balikpapan yang Bersyukur Bergabung Go-Jek

Rasa kesal masih menjalar di sekujur tubuh Rocky, bukan nama sebenarnya, seorang driver Go-Jek Balikpapan. Dia baru saja mengalami peristiwa paling menyebalkan selama beralih profesi menjadi ojek daring (online).

Rizki Hadid, Balikpapan

BEBERAPA orang yang tidak senang dengan Go-Jek menyetop motornya. Penumpang yang dibawa Rocky dipaksa turun. Dia hanya diam. Bukan berarti tidak bisa melawan. Tapi, dia memang tidak suka jalan kekerasan. Padahal, jika dia mau, bisa saja dia menghubungi rekan sesama driver untuk menyerang orang itu. Nilai kesopanan yang ditanamkan Go-Jek benar-benar diterapkannya.

Kejadian tersebut, terjadi selang memanasnya penolakan Go-Jek di berbagai daerah. Saat ini, ojek daring masih beroperasi. Namun, tidak menggunakan jaket. Tanpa identitas diri itu, dia mengakui sering diragukan konsumen. “Kesannya seperti preman. Konsumen bertanya benar Go-Jek atau bukan,” sebut dia.

Baca Juga :  Mitranya Lakukan Perampokan, Grab Kumpulkan Data Sopir dan Penumpangnya

Sejak didemo oleh kelompok transportasi konvensional beberapa waktu lalu, dia mengakui penghasilannya menurun. Sebab, konsumen jadi khawatir. Dia mengungkapkan, konsumen menceritakan menghabiskan deposit Rp 300 ribu di hari demo penolakan itu. Konsumen khawatir Go-Jek tutup dan deposit yang tersisa tertahan di sana. Kehadiran ojek milik Nadiem Makarim ini, kata dia justru membantu masyarakat di dalam gang yang tak terjangkau transportasi konvensional.

Baca: The Power of Emak-emak, Protes Penutupan Transportasi Online di Balikpapan

Selain itu menurut dia, ada perubahan pembagian order. Ada driver yang dapat banyak, ada yang tidak. Semisal, temannya yang berangkat sejak pagi baru dapat satu, sedangkan teman lainnya yang baru mulai siang sudah dapat banyak. Ini yang jadi pertanyaan para driver. Ditambah lagi saat ini, driver Go-Jek di Balikpapan ada 7 ribu orang. Itu juga yang membuat persaingan semakin gesit. “Dulu sehari bisa dapat Rp 200 ribu. Sekarang hanya sekitar Rp 100 ribu,” ungkap dia.

Baca Juga :  Kisah Mitra Driver Difabel Gojek, Tetap Semangat Bekerja Bahkan di Saat Pandemi

Penghasilan yang menyusut itu tak disesalinya. Meskipun impitan hidup semakin berat. Dia sudah berkeluarga dengan satu anak. Meski usia anak baru setahun, tapi dia berpikir keras untuk menyiapkan dana pendidikan anak. “Istri saya kerja di toko,” ujar dia.

Menjadi driver Go-Jek merupakan pilihannya. Sebelumnya, dia merupakan chef di sebuah restoran di Balikpapan Baru. Selama delapan tahun, dia meracik masakan sedap untuk konsumen. Namun, kehadiran Go-Jek yang menjanjikan penghasilan lebih besar membuatnya tergiur. “Tujuan saya cari pengalaman baru dan penghasilan lebih besar. Hasilnya memang besar kala itu. Sewaktu driver masih sedikit,” tutur dia.

Baca: Pemkot Balikpapan Larang Transportasi Online karena Desakan Sopir Angkot dan Taksi, Warga Kecewa

Baca Juga :  Begal di Palembang Marak, Penumpang dan Driver Ojek Online Jadi Korban

Meski demikian, dia merasa nyaman jadi driver ojek daring. Sebab, tidak diperintah atasan. Dia mengaku gerah saat ada kelompok yang menolak Go-Jek. Kata dia, mestinya tidak perlu resah. Sebab, rezeki sudah diatur Tuhan. “Go-Jek tidak membuat kaya, tapi bikin hidup,” kata dia.

(prokal/tow)

Loading...