Bantah Hasil Riset Spire, Go-Jek Pertanyakan Validitas dan Metodologi Survei

Perusahaan ride hailing Gojek menekankan kekuatan sistem keamanan aplikasi untuk melawan kecurangan mitra pengemudi. Hal ini diungkapkan oleh Gojek untuk menanggapi hasil survei yang mengungkapkan kelemahan dalam sistem keamanan aplikasi. 

Dalam survei itu disebutkan kecurangan paling diminati oleh mitra pengemudi adalah orderfiktif atau tuyul. Survei dengan responden 40 mitra pengemudi Gojek menunjukkan bahwa mitra bisa memanfaatkan lubang keamanan aplikasi itu untuk melakukan kecurangan. 

“Yang dapat kami sampaikan adalah 90 persen order fiktif sudah berhasil dihentikan oleh sistem kami, bahkan sebelum sampai ke pengguna aplikasi,” tutur VP Corporate Affairs Gojek Michael Say ketika dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (30/1).

Michael kemudian juga mengatakan sistem keamanan ini diiringi dengan sosialisasi rutin kepada para mitra agar tidak melakukan segala bentuk kecurangan. 

Baca Juga :  Berburu Kain ke Tanah Abang, Desainer Jepang Naik Go-Jek

” Melalui kopdar rutin dengan seluruh mitra kami pun, kami selalu melakukan sosialisasi terkait dengan pilar pelanggaran dan dampaknya terhadap ekosistem Gojek,” kata Michael. 

Lebih lanjut, ia mengatakan belum mengetahui hasil riset dari Spire. Namun, Michael mempertanyakan validitas dan metodologi survei yang dilakukan oleh lembaga survei Spire tersebut. 

“Perlu dicek metodologi dan sample respondennya untuk memastikan validitas hasil,” ujar Michael. 

Sebelumnya, survei terbaru yang dilakukan oleh lembaga riset Spire menunjukkan penipuan lebih tinggi di kalangan pengemudi Gojek sebesar 70 persen mengaku pernah melakukan kecurangan. 

Sebaliknya hanya 10 persen pengemudi Grab yang melakukan hal serupa. Pengemudi yang terlibat dalam survei ini mengakui jika aplikasi Gojek mudah diakali sehingga menjadi celah untuk berbuat curang. Namun tidak demikian dengan aplikasi Grab. 

Baca Juga :  Cerita Driver Ojek Online Tolong Korban Tawuran Sadistis di Tangsel

(cnnindonesia/tow)


Loading...