Sempat Khawatir, Konsumen Oke Jack di Malang Tambah Ramai setelah Ada Go-Jek

Yusuf Budiman Raharjo bersama seorang rekannya menelurkan Oke Jack pada Desember 2015. Berawal dari Kota Malang, layanan transportasi roda dua berbasis aplikasi tersebut kini berkembang ke beberapa daerah lain, yakni di Semarang, Yogjakarta, Jakarta, dan Cirebon.

Di tengah kompetisi ketat dengan ojek online bermodal besar, pria yang akrab disapa Joe itu optimistis mampu tetap bertahan di bisnis tersebut.

“Awalnya saya juga sempat down (saat Go-Jek masuk Malang), Tapi ternyata justru tambah ramai,” kata Joe, kepada Surya, awal pekan lalu.

Go-Jek masuk ke Malang pada pertengahan Mei 2016. Saat itu, bisnis layanan ojek online Oke Jack sudah mulai tumbuh pelan-pelan. Berbarengan dengan ekspansi Go-Jek, Oke Jack pun mengubah model layanan.

Awalnya, pesanan pelanggan hanya lewat Whatsapp dan Blackberry Messenger. Setelah itu, mereka juga memakai aplikasi yang bisa diunduh di telepon pintar. Joe yang menjabat CEO sekaligus Founder mengatakan, alasan lain penggunaan aplikasi untuk layanan adalah pengembangan sistem.

Tak dinyana, datangnya Go-Jek justru meningkatkan pesanan Oke Jack. Ia menduga, masuknya Go-Jek ke Malang membuat warga Malang lebih paham ihwal aplikasi.

“Habit aplikasi yang sebelumnya belum terbentuk di Malang, begitu Go-Jek masuk, mereka terbangun dengan sendirinya,” ujarnya.

Baca: Permintaan Pasar Meningkat, Go-Jek Tambah Layanan Go-Car ke 10 Kota

Seketika itu juga, terang Joe, pemesanan Oke Jack naik dari rata-rata 70 per hari menjadi sekitar 100 per hari.

“Kewalahan untuk input order. Baru satu input, sudah masuk lagi lima order,” ujar dia, mengingat-ingat kenaikan order ketika itu.

Order yang naik pun memunculkan tambahan driver-driver baru. Dari awal peluncuran hanya 20 orang, kini Oke Jack memiliki sekitar 900 driver di Malang. Setidaknya, data itu yang muncul pada rekapan yang ada di tangan Joe.

Salah satu hambatan pengembangan layanan ojek online lokal adalah pendanaan. Ia mengakui hal tersebut. Sebagai industri kreatif, layanan aplikasi ojek online sebenarnya tak butuh modal besar.

Namun, banyaknya investasi yang digelontorkan ojek online lain, turut mempengaruhi. Pendanaan, terangnya, didapat salah satunya darip artner yang ingin bergabung sebelum peluncuran aplikasi.

Selain itu, dana lain yang masuk ketika ada tawaran pengembangan untuk membuka Oke Jack di daerah lain. Joe mengklaim, Oke Jack yang ekspansi ke Semarang November 2016 punya 500-an driver, Jakarta (600 driver), Yogjakarta (150 driver).

“Surabaya (Jatim) dan Berau (Kaltim) masih dalam proses rekrutmen driver,” ungkapnya.

Baca: Larang Ojek Online, Bupati Banyumas Diprotes Netizen

Merujuk data tersebut, Malang tetap menjadi daerah utama pengembangan bisnis transportasi roda dua berbasis online yang memakai atribut warna kuning sebagai penguat branding itu. Pada awalnya, para driver Oke Jack banyak berasal dari kalangan mahasiswa atau orang-orang yang dalam masa mencari pekerjaan.

Kini, driver itu berasal dari pelbagai kalangan. Sama seperti ojek online lain, para driver Oke Jack menggunakan kendaraan pribadi untuk bekerja sehari-hari. Ojek online itu tidak memasang tarif yang terlalu murah.

Alasannya, tarif terlalu murah akan berdampak kurang baik bagi driver jika tanpa penggunaan subsidi silang. Tarif antara satu daerah dengan daerah lain bisa berbeda. Di Malang contohnya, tarif yang dipatok adalah Rp 7.500 per 4 kilometer. Jika rute lebih dari itu, pelanggan harus membayar Rp 2.000 per km.

“Menyesuaikan pasar di masing-masing wilayah. Agak sedikit mengikuti tarif Go-Jek (di daerah lain),” imbuh pria kelahiran 6 Juni 1974 itu.

Layanan subsidi silang hanya diberikan untuk Oke Food dan Oke Mart.

“Selama kita mau terus berinovasi, kami akan bisa bertahan karena kuncinya di situ,” tuturnya, optimistis.

Oke Jack sudah diunduh sekitar 10.000 kali di play store. Penampakan antar muka aplikasi cukup mudah dipahami. Proses registrasi pun tak ribet. Ada lima layanan yang tertera di aplikasi, yakni ojek, kurir, belanja, Oke Food, dan Oke Car.

Bagi penggemar sinetron, brand Oke Jack barangkali terdengar sama jika dilafalkan dengan Ok-Jek, judul salah satu sinetron di televisi swasta. Meski namanya mirip dan waktu peluncurannya hampir berbarengan, keduanya tak berhubungan sama sekali.

“Beda. Enggak ada hubungannya. Cuma kebetulan saja mereka mengeluarkan sinetronnya. Jadinya ikut kebantu promo,” kelakarnya.

(surya/tow)

 

Loading...