CEO Uber Mundur, Perusahaan: Itu Keputusan Terbaik

CEO Uber Travis Kalanick akhirnya resmi mengundurkan diri dari perusahaan yang didirikannya tersebut. Kini, setelah ditinggal Travis, perusahaan berharap kultur perusahaan kembali mebaik.

Uber, dalam hal ini diwakili dewan direksi, mengomentari pengunduran Travis bahwa apa yang diambil mantan CEO itu adalah keputusan berani dan sudah yang terbaik.

“Travis selalu menganggap Uber sebagai prioritasnya. Ia benar-benar berani dan berhasil menunjukkan dedikasi dan kecintaannya terhadap perusahaan,” tulis dewan direksi Uber kutip via New York Times, Kamis (22/6/2017).

Baca Juga: Investor Paksa CEO Uber Lepaskan Jabatan

“Kami yakin, setelah Kalanick mundur, ia pasti akan memiliki waktu lebih banyak untuk pulih dari duka yang ia alami. Ia pasti rela memberikan kami ruang untuk bisa melangkah menyongsong babak baru dalam sejarah Uber. Kami pun tetap menerima kehadiran Travis di dalam dewan,” begitu bunyi lanjutannya.

Perginya Travis dari petinggi uber sendiri, karena ada tekanan dari lima investor yang meminta dirinya dengan secara hormat untuk menyerahkan jabatan.

Lima investor tersebut mengirimkan surat ke dirinya saat melakukan cuti di Chicago. Alasan para investor meminta Travis mundur, karena Uber butuh sosok pemimpin yang baru.

Setelah berkonsultasi dengan dewan direksi dan investor Uber, Travis menyetuji dirinya untuk mundur. Meski begitu, ia akan tetap berada di dewan direksi Uber setelah mengundurkan diri. Hanya saja tidak memiliki wewenang seperti sebelumnya.

Sebelum benar-benar meninggalkan jabatannya, Travis pun menyampaikan kata-kata trakhirnya bahwa ia begitu mencintai Uber dan berat untuk mundur dari posisinya.

“Saya sangat mencintai Uber melebihi apa pun di dunia ini. Ini adalah saat yang sangat sulit dalam hidup saya. Saya harus menerima permintaan dari para investor untuk mundur, agar Uber bisa terus berkembang dan tidak terganggu dengan konflik lainnya,” ujar Kalanick.

Alasan para investor meminta Travis untuk mundur karena Travis dianggap tidak kompeten dalam menyelesaikan masalah yang belakangan menyerang Uber. Seperti masalah pelecehan seksual, pemecatan karyawan, budaya perusahaan, hingga lelucon yang berbau seksisme.

(tow)

Loading...