Akankah Go-Jek Jadi Decacorn Pertama di Indonesia?

Indonesia merupakan pemain besar dalam dunia startup di ASEAN. Bukan saja sebagai pasar, namun juga sebagai pelaku yang menciptakan layanan inovatif yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Dari 7 startup berstatus unicorn atau yang memiliki valuasi USD1 miliar di Asia Tenggara, 4 diantaranya berasal dari Indonesia. Keempat startup tersebut yaitu GOJEK, Traveloka, Tokopedia dan Bukalapak. 

Selain unicorn, dalam dunia startup juga dikenal decacorn. Ini adalah istilah untuk menyebutkan startup yang telah memiliki valuasi US$ 10 miliar.

Meskipun sebenarnya, startup ini masih merugi. Menkominfo Rudiantara dalam salah satu kesempatan menyebut bahwa di tahun 2019 nanti akan ada startup di Indonesia yang menjadi decacorn. Namun, ia tidak menyebut siapa kandidat decacorn tersebut. 

Baca Juga :  Keluarnya PM 12/2019 Jadi Babak Baru Bisnis Ojek Online

“Insya Allah tahun depan akan ada decacorn. Tinggal nunggu satu ronde lagi lah. Saya enggak sebut siapa,” ujarnya. Sementara itu, GOJEK dan Tokopedia disebut-sebut merupakan calon kuat decacorn pertama di Indonesia ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (13/12/2018)

Platform marketplace Tokopedia misalnya pada 12 Desember lalu mengkonfirmasi adanya suntikan dana dari sejumlah investor sebesar US$1,1 miliar. Kucuran dana tersebut bagian dari seri pendaan terbaru Tokopedia dipimpin oleh SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group.

Tokopedia tidak menyebutkan berapa valuasi perusahaan mereka saat ini namun Tech Crunch menyebut perkiraan nilai valuasi Tokopedia yang mencapai USD 7 miliar atau sekitar Rp102 triliun.

Pemerintah, selain mendorong startup untuk tumbuh hingga menjadi decacorn, juga mengharapkan agar bisa secepatnya melantai di bursa saham. Hal ini agar pasar modal bisa menampung valuasinya yang sudah sangat besar.

Baca Juga :  Meski Digempur Ojek Online, Opang di Duri Optimis Tetap Bisa Bertahan

“Kalau sudah keburu decacorn ya itu kan US$ 10 miliar kan sekitar Rp 150 triliun, at least market cap-nya harus Rp 150 triliun. Nah kalau Rp 150 t, maka kita lihat perusahaan apa yang sudah Rp 150 triliun, bisa enggak ekosistem bursa Indonesia untuk menampung yang valuasinya,” ujarnya.

(elshinta.com/tow)

Loading...